Mohon tunggu...
Nyosurka saja
Nyosurka saja Mohon Tunggu... Teknisi - Begini begitu

Saya adalah saya yang selalu akan ingin tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bapak Saya Guru, Pahlawan Keluarga

25 November 2019   23:03 Diperbarui: 26 November 2019   07:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rame rame menulis tentang guru.,saya pun ingin ikut cerita juga 

Bapak saya memang guru ,mengajar di sekolah dasar di kabupaten terpencil ,sedangkan kami sekeluarga tinggal di kota,jadi bapak menempuh perjalanan hampir 30 km setiap hari

Bapak pulang dan pergi mengajar naik kendaraan umum,berjalan kaki dari rumah menuju jalan raya utama dan jalan kaki lagi dari jalan raya utama menuju sekolah tempatnya mengajar

Saya tidak tahu kenapa bapak tidak mengunakan sepeda motor atau sepeda seperti teman temannya sesama guru tapi memang kami tidak mempunyai sepeda motor

Kondisi seperti ini berlangsung dari bapak saya diangkat jadi guru hingga pensiun

Kami anak anak ,saya kakak beradik empat orang jadi maklum dengan kondisi seperti ini,ibu membuka warung sayuran untuk.menyokong ekonomi keluarga

Kadang kami merasakan pertengkaran kecil diantara dua orang tua kami,kebiasaan mereka bila berselisih paham tidak ribut bertengkar tapi saling mendiamkan satu dengan lainnya jadi kami sudah maklum artinya sudah tanggal tua uang tidak ada

Bukan tanpa usaha ibu saya yang kakaknya seorang pejabat pusat,berusaha memutasi bapak dari tempatnya mengajar ke tempat yang lebih menjanjikan secara ekonomi ditempat lain

Namun bapak sangat berdedikasi di tempat ia mengajar,hanya bapak dan kepala sekolah yang tetap bertahan dan betah di sekolah itu, pengajar baru silih berganti,tidak pernah bertahan lama  entah karena gajinya yang kurang atau tempatnya yang jauh mereka tidak betah mengajar di sekolah itu

Pernah satu kali saya berkesempatan ke sekolah tempat bapak mengajar jauh benar saya berjalan kaki setelah turun dari jalan raya,untung saat itu ada pengendara sepeda yang lewat dan mengajak saya untuk menunjukan tempat serta mengantar saya ke tempat bapak mengajar

Saat itu saya diamanatkan bapak menyampaikan surat ijin cuti  karena mendadak bapak harus pulang kampung ke Bali disebabkan ibu mertuanya alias nenek saya meningggal

Ibu mendapat telegram berita duka dari instansi militer yang disampaikan berantai oleh staf kelurahan, rukun kampung dan rukun tetangga

Begitulah jaman itu tidak ada fasilitas telpon atau ojek bila menghendaki komunikasi langsung dengan saudara di seberang pulau biasanya orang tua stand by di kantor telegram dan telpon

Kembali ke tempat mengajar bapak  biasanya di Akhir kenaikan kelas bapak sering membawa hasil bumi,padi atau buah nangka apakah membeli atau diberi oleh orang tua murid saya tidak tahu namun yang jelas semua wali orang tua di tempat bapak mengajar adalah petani

Bukan tidak ada usaha juga dari bapak untuk menambah penghasilan keluarga mulai dari memproduksi kue untuk dijual titip ke warung warung ,membuat sabun cuci,hingga menerima pesanan membuat tape ketan

Unik memang pengelolaan ekonomi keluarga saya ,ibu saya yang tidak bisa tulis baca mengelola warung tidak pernah belanja 

Tugas belanja atau lebih tepatnya berhutang belanjaan di pasar dilakukan oleh kakak perempuan saya dan bapak subuh subuh mereka ke pasar untuk mencari belanjaan dan meletakan belanjaan itu di warung untuk kemudian ibu saya yang mengelolanya dijual atau dihutangkan kepada warga sekitar

Diakhir bulan seluruh gaji bapak dan setoran penghutang diwarung ibu di bayarkan kepada juragan pemilik toko di pasar biasanya sih selalu kurang  sehingga hutang keluarga kami di juragan pasar terus menumpuk anehnya masih saja kami diberi hutang walaupun sedikit panas kuping karena disertai Omelan saat berhutang barang dagangan lagi

Bapak pensiun nyaris bertepatan dengan digusurnya sekolah tempat bapak mengajar kampung dan sekolahan di kosongkan dikarenakan menjadi area perluasan danau Saguling dan perumahan mewah

Dan ibu pun tidak berjualan lagi karena kakak saya sudah besar dan pasar tradisional tempat biasa kami berhutang terbakar dan selanjutnya menjadi pasar modern

Dan kami pun sudah selesai pendidikan nya walupun hanya sampai tamat SMA.mendapatkan pekerjaan dan beranak Pinak

Kini bapak tinggal sendirian ditinggal ibu yang lebih dahulu meninggal Dunia

Bapak tidak merasa kesepian dan kurang kegiatan bisa membangun rumah kecil di kampung,sekedar punya saja karena keseharian bapak seperti tidak bertempat tinggal tetap tinggal bersama anak dan mantunya beberapa saat disana dan disini

Uang pensiun di rasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan sesekali mentraktir cucu dan buyutnya uang jajan

Itulah cerita saya bapak saya  seorang guru pahlawan keluarga

Selamat hari guru bapak ,semoga bapak tetap sehat dan energik memberi aura positip bagi anak ,cucu mantu dan buyut buyutnya

Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun