Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebentar Lagi Tahun Baru

21 Desember 2024   19:59 Diperbarui: 21 Desember 2024   19:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sebentar Lagi Tahun Baru
DN Sarjana

"Sebentar lagi tahun baru." Kata Vivi sambil membersihkan alat- alat rumah tangga yang lama tersusun rapi di rak kayu. Rak setinggi lutut berisi sedikit ukiran, dijamannya sangat mewah. Terlihat Vivi sedang mengelap beberapa piring besar, teplon, dan satu set cangkir keramik warna putih berlukiskan bunga.

Anaknya Selena memperhatikan ibunya, sambil menikmati hidangan teh jahe yang dia buat untuk ibunya juga. Ketika Selena menghirup teh, Ia melihat ibunya duduk di sofa yang sudah kusut. Maklum sofa tersebut dibeli ayah saat dia berumur delapan tahun. Berarti sudah sepuluh tahun lalu. Lama Selena menatap ibunya. Terkesan ibunya tidak bergairah lagi saat ibu membersihkan gelas putih panjang. Maklum gelas itu kesukaan ayah Selena. Hampir setiap pagi gelas itu berisi teh hangat dan seiris jahe sebelum ayah berangkat mengajar di sekolah dasar.

"Ma, baiknya istirahat. Mari Lena yang ganti bersihin. Lena sudah selesai cuci pakaian. Lena juga sudah beres-beres di dapur," kata Selena untuk mengalihkan perhatian ibunya.

"Ee, maaf Selena. Ibu istirahat sebentar, sambil bersihin gelas ayahmu."
Sampai disitu, suara ibunya terdiam. Sorot matanya tampak berkaca-kaca. Selena tahu betapa ibu menahan perasahan dan air mata agar tidak keluar.

"Lena, sini duduk disamping ibu. Mungpung kakak belum datang dari kerja dan cucu ibu belum bangun."

Selena mendekati ibunya sambil membawakan cemilan pisang goreng kesukaan ibu. Selena kemudian duduk disamping ibunya.

"Lena, ranya selama Ibu masih hidup, tak mungkin ibu melupakan bagaimana ibu mendampingi perjalanan hidup ayahmu, suami ibu. Ini gelas ini. Perabotan lain di rak ini." Sampai di situ ibunya sudah tidak bisa menahan air matanya.

"Sudah bu. Minum dulu tehnya. Nih, Lena bikin pisang goreng. Pasti enak. Yuuk, nikmati dulu buk." Lena memegang tangan ibunya, sambil mengusap punggungnya.

Tak berselang lama, kembali Ibu Vivin bercerita tentang suaminya. Ibu Vivin panjang lebar mengatakan bahwa ayahnya Selena orang yang sangat baik. Penyayang, rajin, dan sangat sabar. Menghidupi tiga anak dengan menjadi guru sekolah dasar pastilah sangat susah. Sementara Ibu Vivin hanya seorang ibu rumah tangga.

Yang paling memilukan, hampir setiap pulang sekolah ayahnya ikut bekerja bersama buruh lainnya menggali pasir dipinggiran sungai.

Hingga suatu saat, Pak Yohanes terjatuh ditempat kerja. Suasana saat itu sangat mencekam. Ibu Vivin panik di rumah. Ia tidak mungkin meninggalkan tiga anaknya di rumah. Ia hanya pasrah mendengar berita dari tetangga yang kebetulan kerja dipuskesmas.
Sampai disitu Ibu Vivin tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia menjerit histeris sambil memanggil-manggil nama suaminya.

"Ma..ma.., sudahlah. Semua harus di ikhlaskan. Walau Lena tidak tahu persis karena masih kecil, tapi Lena sangat yakin Ayah sudah tenang di alamnya." Selena berusaha menguatkan perasaan Ibunya, sambil mengusap air mata yang tiada henti berderai.

"Nak, sekarang tanggal 26. Sebentar lagi tahun baru. Ingat nanti tanggal 28 buat persembahan untuk ayahmu. Ditanggal itulah Ayah mu pergi untuk selamanya." Ucap Ibu Vivin dengan suara parau dan bibir bergetar.

Selena memeluk ibunya. Air matanya juga tak mampu ia tahan.
"Sudah pasti Bu. Selena akan buat persembahan terbaik. Selesa bersama kakak dan adik sangat bersyukur punya Ayah yang sangat baik. Ibu jangan bersedih. Kami semua sudah kerja. Sudah bahagia. Mari selalu doakan ayah biar bahagia juga."

Mentari terus berputar. Hari sudah menjelang sore. Kami kembali berbenah karena sebentar lagi kakak datang dari kerja. Kami tak mau suasana rumah terlihat sedih.
Sebentar lagi tahun baru. Semoga keluarga kami mendapat suasana baru yang penuh keindahan dan kedamaian.

Bali, 21-12-24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun