Agung asik sendiri menulis SKS. Kelamaan karena pikirannya bercabang ketika ada Ayu disampingnya.
Empat bulan berlalu, Agung tidak begitu mengingat lagi suasana saat pertemuan dengan Ayu. Namun hati Agung sulit untuk berbohong akan kerinduannya kepada gadis itu. "Apakah Aku pantas mencintainya? pikir Agung.
Entah dewi fortuna dari mana, tiba-tiba ia melihat Ayu sedang duduk-duduk membaca buku di bawah pohon ancak. Penampilan dengan dres putih berpadu warna pink terlihat sedikit berbeda namun tetap menawan.
Agung menatap sejenak. Ia merasakan degup jantungnya yang semakin kencang. Agung melangkah mendekat, mata mereka saling bertemu. "Hai, Ayu. Sudah lama menunggu?" sapa Agung memancing.
Ayu terlihat bingung. "Nunggu siapa? Aku tak ada janjian."
"Ya, nunggu Agung." Kata Agung keceplosan dan langsung duduk di samping Ayu.
Ayu bertambah salah tingkah, walau sikapnya terkesan menerima kehadiran Agung disisinya. Ayupun melepas senyumnya.
"Ayu, Aku telah lama berharap cinta darimu. Tapi memulai katakan itu terasa susah.Dan hari ini Aku katakan ssjujurnya."
Ternyata ucapan Agung seperti bertepuk sebelah tangan. Hampa tak ada kepastian. Sampai kemudian Agung harus berpisah atas kehadiran lelaki yang menjemput Ayu untuk naik di atas motornya.
Agung merasa seperti disambar petir di siang bolong. Sakit di dadanya menusuk jauh, jauh kedalam. Ternyata ketulusan cinta Agung harus jujur mengalah, walau masih mencintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H