5. Tidak ada penggunaan kertas dan label2 plastik aecara berlebih. Karena semakin banyak sekolah menghabiskan kertas dan plastik terbilang ikut merusak lingkungan dan pencemaran.
6. Sempat masuk ke studio seni, alat musik tertata dengan rapi. Gitar tertempel rapi di tembok. Mungkin beda dengan kita ya.
7. Kebetulan saya juga sempat kesekolah SMK desain baju. Alat2 nya sangat lengkap dan luas.
Keesokan hari kami pindah ke Sydney. Penerbangan dari Melbourne ke Sydney menggunakan pesawat kecil, sehingga pemandangan di darat terlihat agak jelas. Kurang lebih se jam perjalanan kami sudah sampai. Pemeriksaan di airport tidak begitu ketat mungkin karena perjalanan dalam negeri.
Hal menarik ketika jalan jalan memasuki wilayah kota, kita cukup membeli koin dari obyek wisata satu ke yang lain di lingkungan kota dengan naik mobil bus kecil. Kita diajak melihat kota lama. Kesan sangat klasik seperti kota tua di Jakarta. Sangat bersih. Saat itu kami melihat sekelompok orang unjuk rasa. Tidak banyak, tapi tertib dengan yel2nya.
Sekelompok seniman jalanan juga tampil. Seperti mungkin pengamen disini. Kami pun sempat ke rumah keong yang sangat terkenal. Menurut saya tidak ada yg berlebih. Disana tempat pementasan beragam seni.
Kami juga memperhatikan sekolompok seniman Aborigin, penduduk asli Australia dengan alat musik tiup yang sangat indah suarannya.
Kebetulan saya juga sempat masuk kesebuah gang. Ternyata ada pedagang  laki2 orang Indonesia. Mie produk Indonesia seperti supermie banyak di jual di sana. Kamipun makan di areal rumah makan Asia termasuk Indonesia.
Kunci dari kehidupan yang saya rasakan di sana adalah disipilin dan bekerja serius. Tidak terlihat ruko2 apalagi bengkel. Mungkin hanya di suatu tempat. Sehingga jalanan menjadi rapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H