Demi Anak Tak Berdosa
DN Sarjana
"Firman. Maaf kalau aku bilang kamu lebih bejat dari lelaki yang paling bejat. Begitu teganya kamu perlihatkan perempuan lain dihadapanku. Pergiiii...cepat pergiii....kamu dari rumah ini sebelum kesabaranku habis."
Teti berucap lantang dihadapan suaminya. Perempuan mana yang tidak sakit hatinya, ketika buah hatinya yang dia jaga di dalam perut selama sembilan bulan hingga tega membawa menghadapkan calon bayi?
"Berikan aku berkata sedikit saja Teti. Agar kamu jelas persoalannya." Firman memelas dihadapan istrinya.
"Cukup...cukup...Aku tidak perlu penjelasanmu lagi. Aku sudah paham sebelum kamu berucap. Bagaimana lagi kamu mengelak karena bukti perempuan sundel yang kamu bawa sudah jelas.
Firman menjauh dari istrinya. Lelaki itu seperti hilang ingatan ketika ia tak mampu menghindar dari perangkap perempuan penggoda. Perempuan yang setiap hari memang dekat dengan Firman, walau sesungguhnya Firman tetap mampu menjaga diri.
Hanya ketika oa dihadapkan apda pilihan dari anak buahnya di kantor, Firman dituntut memberikan pilihan yang terbaik.
"Bapak, mohon selamatkan diriku. Ayu mohon dengan sangat. Aku memang perempuan bejat. Tapi bapak saya harapkan mengerti. Ini semua bukan kemauanku. Ini aib yang harus saya terima karena kelakuan ibu tiriku." Kata Ayu sambil menangis tersedu.
"Ayu, gara-gara peristiwa ini, gara-gara keinginanku menyelamatkan cabang bayi yang tiada berdosa, Bapak sempat berkelahi dengan istri."
"Maafkan Ayu. Ayu sudah merasakan Bapak sangat baik hati sama Ayu. Tapi Ayu takut mengatakan keadaanku, hingga kondisiku seperti sekarang."
"Begini saja. Kamu jangan main-main dengan bayi dalam kandunganmu. Bapak akan berikan pekerjaan yang ringan. Tugas Kamu menjaga diri dan kandungan diperutmu. Suatu saat nanti, Kamu akan Bapak hadapkan kepada istri. Kau sampaikan secara jujur.
#Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H