Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Tak Ingin Kehilangan Dirimu

1 Juni 2024   12:39 Diperbarui: 6 Juni 2024   17:23 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#Cerbung

Aku Tak Ingin Kehilangan Dirimu (2)

DN Sarjana

"Cepat tutup pintunya Pak. Cepaat. Ada maling datang. Dari kemarin dia membuntuti diriku. Pasti dia mau kesini. Akan mencuri perhiasanku."

Vini teriak-teriak ditempat tidurnya. Ayahnya tergesa bangun. Pak Jajak mendengar teriakan anaknya. Ia mencoba membuka pintu kamarnya. Tapi masih terkunci. Pak Jajak merasa ragu mengetuk pintu anaknya. Tapi ia takut kalau terjadi apa-apa pada anaknya.

"Vini, Vini. Kamu kenapa?" Cukup lama menunggu, belum juga ada tanggapakan dari dalam. Akhirnya Pak Jajak Menggedor pintu Vini. Terdengar ada aduhan dan  langkah di dalam. Hati Pak Jajajk sedikit lega.

"Nak, buka pintunya. Kamu sudah bangun?"

"Iya Pak. Sebentar."

Tidak terlalu lama Vini sudah berdiri di depan ayahnya. Terlihat Vini masih mengantuk.

"Ada apa ayah?" Tanya Vini kepada ayahnya sambil merapikan rambutnya.

"Nak Vini tadi mengigau. Ayah sampai bangun. Tidur saja lagi ya. Besok Ayah kasitahu." Kata Pak Jajak sambil memegang pundak anaknya Vini.

Pak Jajak meninggalkan anaknya. Waktu baru menunjukkan pukul 13.00 wita. Demikian juga Vina masuk ke kamar tidurnya. Pak Jajak merebahkan badannya yang sudah menua. Cukup lama Pak Jajak memikirkan mengapa putrinya mengigau seperti itu. Apakah dia punya masalah dengan seseorang.

Pagi ini matahari cukup cerah meranggas di kaki bukit. Warnanya tampak merah jingga sangat indah untuk ditatap. Angin pagi berhembus semilir menambah sejuk suasana. Pantes suara burung saling bersahutan terdengan di dahan pohon.

"Vini, makan dulu sebelum berangkat,"

"Ya, Ayah. Vini mempersiapkan buku untuk sekolah sebentar." Kurang dari sepuluh menit, Vini sudah terlihat memegang piring. Vini terus mengambil duduk di samping pintu halaman rumahnya.

Pak Jajak, mendekati putrinya. Lalu berkata.

"Nak Vini. Ayah tadi malam mendengar Vini teriak-teriak tadiddr malam. Bilang ada maling mengejar. Sampai-sampai ayah terbangun.

Vini mendengarkan ucapan ayahnya. Terlihat ia menyembunyikan beban yang ada pada dirinya. Terlihat dari tatap.
mata.

"Maaf ayah. Akhir-akhir ini aku di kejar-kejar oleh seseorang."

"Maksudnya dikejar-kejar? Maaf Ayah tidak mengerti."

"Anu Pak. Ada orang yang mengatakan cinta sama Vivi. Tapi Vini tidak mau. Vini merasa masih kecil. Kalau sekedar berteman akrab Vini sudah punya. Teman sekolah. Namanya Eka. Dia orangnya baik." Lata Vini jujur kepada ayahnya.

Ayahnya manggut-manggut. Lalu berkata.
"Vini, kamu hati-hati saja ya. Kamu perlu sekolah untuk masa depanmu. Apalagi ibumu tidak ada. Dia bekerja untuk sekolahmu. Ayah hanya buruh kasar. Tidak cukup membiayai sekolahmu nanti.

"Ya ayah. Vini sekolah dulu. Sudah agak siang." Vini bergegas. Ia tak lupa mencium tangan ayahnya mohon pamit.

Pak Jajak menatap anaknya. Ia kawatir juga pada putrinya yang kian dewasa. Parasnya yang lumayan cantik, pasti banyak lelaki yang suka. Tapi Vini sadar keadaan keluarga yang serba kurang, sehingga Vini tidak pernah bikin masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun