Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Tak Ingin Kehilangan Dirimu

30 Mei 2024   13:08 Diperbarui: 30 Mei 2024   14:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku Tak Ingin Kehilangan Dirimu

"Eka, aku tak kuat dalam kehidupan seperti ini. Kalau boleh aku minta, kamu tidak usah ikut dalam perkumpulan motor. Kita ini pelajar. Masih meminta belas kasihan orang tua untuk sekolah." Kata Vini, saat remang malam mulai menggelayuti tubuh mereka. Udara malam yang mulai terasa dingin justru memberi kehangatan mereka berdua. Berpelukan dan sesekali berciuman mereka pikir hal biasa karena usia mereka sudah remaja dan sebentar lagi mau tamat SMA.

Nongkrong di warung Mbok Sumiyem, hampir setiap sore mereka lakukan untuk melepas kepenatan setelah belajar sekolah. Bagi orang tua Vini, tidak ada masalah dia berpacaran dengan Eka. Tidak tahu bagi keluarga Eka sendiri.

"Vini, aku mengerti perasaanmu, karena kamu perempuan. Rasa was-was akan keselamatanku pasti selalu bergelayut. Percayalah, aku bisa kok membawa diri."

"Tapi, kamu mesti mikir diriku eka. Aku akan sangat kehilangan, bila kau jauh dariku. Apalagi selama ini aku sekian tahun berpisah dengan ibu." Suara parau tapi seakan ingin menjerit keluar dari mulut Vini. Air matanya tak mampu ia tahan. Sekalian ia merebahkan kepalanya di dada Eka.

Vini, gadis manis di sekolah itu memang menjadi rebutan siswa laki-laki. Gadis dengan ukuran tubuh kira-kira 167cm dan berat 40an, adalah ukuran bodi yang sangat ideal. Belum lagi lentik bulu mata serta rambutnya yang sedikit ikal teruntai setinggi bahu.

Malam semakin malam. Dua tiga kali mobil melintas di depan warung tempat Eka dan Vini menikmati camilan. Laju kendaraan bermotor dengan siaran ngebrong, sesekali menggoda dihadapan mereka.

"Sudahlah. Jangan terlalu banyak mikir Vini. Aku kan selalu waspada. Dan akupun akan melindungi dirimu sampai akhir. Apapun yang terjadi." Eka mencium tangan Vini dengan lembut. Jemari putih bersih itu seakan bergetar namun lembut untuk dipasrahkan kepada Eka.

Vini begitu lama memandangi Eka. Ia seolah melihat sesuatu yang sangat rahasia yang disembunyikan Eka. Itulah sebabnya Vini memendam perasaan itu sangat mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun