Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Tibu Gatep

26 Mei 2024   16:57 Diperbarui: 26 Mei 2024   17:59 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MISTERI TIBU GATEP

Tahun 70an, misteri Tibu Gatep masih melekat dalam ingatan anak-anak di masa itu. Tibu Gatep sebenarnya sebutan di desa yang terdiri dari Tibu itu sungai yang airnya dalam. Dan gatep itu semacam buah yang bisa dimakan, dimana tumbuhan ini lebih banyak di pinggir sungai atau daerah yang banyak tanaman besar dan belukar. Buah gatep jaman dahulu menjadi makanan pavorit karena bisa digunakan untuk camilan seperti digoreng, direbus.

Tibu Gatep terletak di pinggir timur desa, berbatasan dengan desa tetangga. Tibu ini memiliki curug disebelah timur. Kelihatan indah dan menarik. Konon di timur ujung selatan ailiran sungai, ada semacam lubang air kebawah. Disinilah kalau air besar sering membentuk useran, dan sangat beresiko bila ada yang mandi sekitar itu. Aliran Tibu Gatep disebut sungai Yeh Sungi, yang bermuara di pantai Nyanyi. Orang tua sering menceritakan pernah terjadi peristiwa kematian yang dialami oleh seorang nenek yang tenggelam di Tibu Gatep. Ceritanya suatu saat:

"Dimana Dadong Men Putu?" Pan Putu menanyakan keadaan ibunya, dengan mimik yang agak cemas.

"Saya tidak melihatnya. Kebetulan tadi ditinggal memberi makan babi". Jawab Men Putu, yang juga kelihatan cemas. Betapa tidak cemas. Karena sebelumnya orang tuanya pernah juga menghilang. Sampai sore, dia tidak datang. Keluarga dan tetangga ikut mencari. Entah bagaimana, setelah agak sore, tempat dimana Dadong ditemukan tadinya sudah banyak yang kesana, sambil menebas belukar yang ada di rurung. Orang-orang pada berbisik mungkin Dadong disembunyikan
Wong Samar. Mereka banyak yang ketakutan, sambilbergegas pulang kerumah masing-masing. Keesokan harinya tersiar berita bahwa Dadong Saplir, konon disenangi oleh penunggu di Tibu Gatep. Itulah sebabnya ia lama tidak ditemukan saat mencari, namun tiba-tiba kelihatan karena sudah dilepas. Para tetua merasa yakin kemungkinan itu terjadi.

Hari terus berlalu. Peristiwa menghilangnya Dadong Saplir kembali tersiar. Keluarga dan masyarakat sekitar mulai gelisah. Sama seperti saat menghilang pertama. Keluarga dan masyarakat sibuk mencari.

"Ngapain itu dicari Kembar. Dadong memang suka pergi di daerah sungai. Kan sering dia datang dengan membawa kayu bakar. Sebentar aja dia datang".Koming duduk santai sambil menikmati kopi. Dia berpikir orang seperti Dadong pasti sering tersesat karena dia pikun. Sebaiknya keluarga tidak memberikan keluar rumah, apalagi jauh-jauh.

"Ih, kamu jangan ngomong gitu Koming. Orang-orang sudah lelah mencari. Bapa kelian sudah memberi arahan bahwa sampai malam nanti pencarian tidak dihentikan. Masyarakat sudah disuruh membawa alat yang bisa mengeluarkan suara, sentir, lobakan, dan prapak. Kamu tahu prakpak?"

"O, gitu ya. Ngeri juga. Jujur saya orang penakut. Mbar, nanti dekat-dekat aku ya".

"Apalagi begitu. Jangan ngomong salah-salah" "Maaf ya Kembar. Aku mengaku salah". Kembar mengangguk, dan mengajak Koming mempersiapkan sentir dan juga lobak.

Sebelum sore tiba, masyarakat berbondong-bondong mencari Dadong Saplir. Seluruh aliran sungai di desa disusuri, sambil memukul sesuatu, sehingga terdengar suara. Konon suara gaduh, dapat membantu seseorang bila disembunyikan makhluk halus.

Ternyata sampai menjelang malam, Dadong Saplir tidak bisa ditemukan. Kerlap kerlip lampu sentir, lobakan sudah mewarnai suasana. Tiba-tiba Bapa Kelian teringat dengan Tibu Gatep. Instingnya berkata, tidakkah Dadong Lipur tenggelam di Tibu Gatep? Lalu beliau mengarahkan masyarakat kesana. Sesudah semua berkumpul, Bapa Kelian menyuruh keluarga menghaturkan sesaji sepantasnya.Beliau juga menyuruh warga yang bisa menyelam mencari di sungai. Selang  beberapa menit ada warga yang berteriak.

"Bapa Kelian, coba lihat ini!. Ada bekas jejao dan selembar baju yang tersangkut di semak ini".

Bapa kelian dan beberapa anggota masyarakat mendekat. Bapa Kelian semakin yakin Dadong Saplir ada dikisaran sini. Apa yang disampaikan oleh Bapa Kelian ternyata benar. Baru beberapa kali petugas menyelam, mayat Dadong Saplir ditemukan. Tampak kamben yang digunakan terlihat robek. Setelah di bawa kepinggir sungai dan ditaruh di atas daun pisang, tampak mayat Dadong Saplir sedikit membiru. Mungkin karena kemasukan air.

Akhirnya keluarga dan warga banjar mempersiapkan perlengkapan upacara penguburan. Konon mayat Dadong Saplir tidak boleh dibawa pulang karena kematian ulah pati. Keluarga dan masyarakat menunggu di sungai. Keesokan hari baru mayat Dadong Saplir dikubur.

Begitulah misteri Tibu Gatep menyimpan misteri sampai saat ini. Para tetua meyakini banyak mahluk halus yang masih ada sampai saat ini, terutama di aliran sungai Yeh Sungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun