Seikat Bunga Mawar (2)
Syukur hari ini kendaraan lumayan sepi, sehingga Diana bisa lebih santai mengendarai mobilnya. Sambil menikmati lagu memori, ia belum juga bisa melupakan seikat bunga mawar itu.
Seperti biasa Diana berada di depan laptop. Ia meyakinkan data-data yang masuk dalam proses lelang maupun ekspor diperusahannya berjalan maksimal dan klear.
Waktu makan siang telah tiba. Diana biasa melepas penatnya di rumah makan tidak jauh dari kantornya. Cukup waktu dua puluh menit Diana sudah sampai di rumah makan. Dia biasa mengambil tempat duduk di pinggir biar bisa menikmati kebun sekitar.
Sebelum pesanan makanan datang, Diana biasa memesan jus strauberi kesukaannya.
"Bu, ini es jusnya. Silahkan dinikmati." Kata pelayan.
"O ya. Terimakasih."
Baru saja perkataan itu terucap, tiba-tiba seorang laki-laki berdiri di depannya. Tampilannya lumayan. Tinggi kisaran 174cm, kulit tidak terlalu putih. Berbaju putih celana kasual crem kecoklatan dan kaca mata sedikit terlihat gelap.
"Boleh saya duduk di sini? Lelaki itu menunjuk tempat di samping Diana.
"Silahkan."Diana menjawab pendek. Dia tidak ingin terpancing dalam emosi perasaan untuk lebih mengenal lelaki itu, walau jujur Diana sedikit kesemsem.