Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seikat Bunga Mawar

16 April 2024   19:26 Diperbarui: 16 April 2024   19:35 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay gratis

Seikat Bunga Mawar (1)

Entah siapa yang menaruh seikat bunga mawar di depan pintu masuk. Persis di atas tempat duduk sebelah kiri. Mungkin yang naruh sudah paham kalau bunga mawar cocoknya dibawa di pagi hari. Dan lebih pas lagi waktu pagi seperti itu Diana membiasakan untuk berjalan kaki kisaran 30 menit, setelah itu baru bersiap berangkat kerja.

Gara-gara seikat bunga mawar itu Diana sedikit terlambat memulai jalan kaki. "Ah, baiknya aku taruh dulu. Bentar lagi dipikirin." Diana bergegas masuk rumah dan menaruh bunga mawar itu di atas meja hias di kamar tidur.

Belum setengah putaran Diana berjalan, seikat bunga mawar itu, kembali mengusik pikirannya. Tak sedikitpun Diana terbersit pada bayangan orang yang ikhlas menaruh bunga itu."Kenapa sih, aku terpikat dengan peristiwa bunga mawar itu?" Pikirnya sambil terus melangkah.

Setelah berjalan kaki dua putaran, seperti biasa Diana mengakhiri. Dia duduk sebentar, sambil meminum teh hangat yang diaediakan Mamanya.
"Ana, kamu bawa apa tadi. Kok balik lagi lagi ke kamar?" Tanya Mamanya tiba-tiba. Diana terkejut dan gelagapan.

"Anu, Ma. Bingkisan." Jawab Diana seolah sembunyi.

"Pagi bener ya. Pasti temen yang sangat dekat dengan mu Ana."

Setelah berkata begitu, Mamanya meninggalkan Diana. Diana seakan menarik nafas panjang."Ya, Tuhan. Syukur Mama tidak meneruskan. Kalau ia, apa yang bisa ku jawab."

Waktu sudah mendekati pukul 07 pagi. Diana bergegas pergi ke kamar mandi. Dinikmatinya air yang cukup dingin. Seluruh tubuhnya terasa segar, setelah tadi berkeringat. Sabun warna ungu kesukaannya, seperti sangat akrab membalut busa. Tapi kali ini, kok seolah bau bunga mawar membalut tubuhnya yang putih bersih.

"Ah, tidak. Aku tak mau terbawa ilusi bunga Mamar itu." Pikirnya sambil membalut tubuhnya dengan handuk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun