Kera Salam memberi semangat kepada adiknya Kera Salim. Sedari tadi Salam melihat adiknya sangat takut meloncat. Mungkin tenaganya sudah semakin habis.
"Kakak, kita mengaso dulu. Aku sangat lelah. Perutku lapar sekali."
Kera Salam sedih mendengar ucapan adiknya. Ia tidak bisa membantu banyak karena Ia juga menahan lapar dan sesekali menggendong adkknya.
"Baik adikku. Kita istirahat sebentar. Perjalanan kita sudah dekat. Bertahanlah dulu. Nanti makanan akan banyak kita temui.
Waktu terus berlalu. Kera Salam dan Kera Salim sudah sampai di sebuah kebun pinggir hutan. Mereka sangat gembira. Salim berlompatan girang, sambil mau memetik pogon pisang yang nampak kuning.
"Salim diam dulu. Jangan teledor. Kita lihat-lihat, apa ada orang disekitarnya."
Salim manggut-manggut. Ia harus menahan laparnya. Setelah Kera Salam menelisik lingkungan sekitar, dia tak melihat ada manusia. Akhirnya ia memerintahkan adiknya memetik buah pisang tersebut.
"Salim. Boleh kamu makan. Tapi secukupnya. Jangan dipetik lalu dibuang. Kasihan. Tidak boleh buang-buang makanan."
Salim berlompatan mencari buah yang matang dan segar. Hatinya sangat gembira. Ia berusaha makan sepuasnya sesuai dengan perkataan kakaknya. Demikian juga Salam menikmati buah-buahan yang lesat. Hingga akhirnya mereka ketiduran.
Mereka tak menyangka, masyarakat sangat marah karena buah mereka sering hilang. Melihat ada dua kera tertidur, mereka mengendap-endap. Saat bersamaan mereka melempar jaring.
"Horeee..., dua kera sudah tertangkap."
Salam dan Salim teriak-teriak di dalam jaring. Perlahan Salam dan Salim dipisahkan. Sebelum dipisah Salam dan Salim berkata.
"Adikku. Nasib kita akan tidak beruntung. Silahkan kamu berdoa. Jangan melawan. Tak akan ada gunanya."
Salim menangis dihadapan kakaknya.
"Jangan menangis adikku. Jalani saja. Ini sudah nasib kita."