Mereka istiraha sejenang menikmati indahnya danau Beratan. Airnya yang berwarna biru terlihat sangat luas. Secara bersama mereka kemudian membeli bakso dipinggir jalan.
Belum sempat makan bakso, seorang anak kecil yang kelihatan kumal mendekati mereka.
"Bu, minta sedekah." Tangannya tengadah ingin mendapatkan uang. Liana memandangi sejenak. Liana teringat pesan bapak, ibu guru bahwa kita tidak boleh memberi sembarangan. Semua akan membuat mereka malas bekerja. "Tapi anak ini? Dia sendiri dan kelihatan betul miskin" pikir Liana.
Liana mendekati anak perempuan tersebut, lalu berkata
"Siapa namamu? Kamu sudah makan?"
"Namaku Putri. Saya sudah makan sisa nasi tadi."
"Ya Tuhan, sisa nasi?" Pikir Liana. Rasa sedih dan kasihan berkecamuk dalam hatinya.
"Makan nasi sisa? Tunggu ya disini. Aku bawakan nasi. Jangan mendekat ya. Nanti Mamaku marah."
Liana bergegas memesan nasi untuk Putri. Tak berapa lama Putri sudah dipandu makan dengan lahap. Liana sedih memandangi.
"Putri, makan dulu disini. Jangan pergi. Ini uang untukmu. Aku makan dulu," kata Liana.
Terburu buru Liana makan untuk bisa bertemu Putri. Namun apa daya, Putri sudah pergi. Liana merasa sangat sedih.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Belum sampai 100 meter, keluarga Liana melihat kerumunan di pinggir jalan. Pak Subagio menghentikan kendaraan. Ternyata terlihat seorang anak perempuan sedang terkapar. Masyarakat kemudian minta bantuan kepada Pak Subagio untuk membawa anak tersebut ke puskesmas terdekat.
Mereka pun mengajak anak perempuan itu ke puskesmas. Liana memperhatikan anak perempuan itu. Ia terkejut kerena yang mereka tolong adalah Putri yang minta-minta tadi.