Rio mengiyakan. Utari lantas naik keboncengan. Ia menikmati perjalanan itu begitu indah. "Apakah cintaku pada Rio mulai tumbuh?" Pikirnya.
Gemerlap lampu lapak jualan di pantai Kuta terlihat indah warna warni. Suara musik bersahutan menambah hiruk pikuk kehadiran para wisatawan.
Desiran angin pantai dan deburan ombak menjadikan malam itu begitu sejuk. Utari dan Rio menikmati kopi yang mereka pesan sebelumnya.
Itu pertama Utari bermesraan dengan Rio, sampai akhirnya Utari menjatuhkan pilihan untuk berpacaran dengan Rio.
Saking percayanya dan Utari Yakin kebaikan Rio, Utari tidak sempat menanyakan apa pekerjaan Rio.
Sampai akhirnya Utari dipanggil ke kantor polisi, mengabarkan bahwa Rio sedang berada di rumah sakit. Rio terkena tembakan saat penggebregan kasus peredaran narkoba.
"Apa? Aku tak percaya Pak Polisi. Rio orang baik. Aku lama mengenalnya. Sekalipun ia tidak pernah melakukan tindakan yang aneh-aneh."
Utari menyangkal pernyataan polisi.
"Mbak Utari. Rahasia hidup seseorang terkadang tidak semua kita ketahui. Orang bersuami istri saja kadang belum semua diketahui. Apalagi masih pacaran."
"Mengapa harus saya terlibat Pak?
"Bukan terlibat Mbak Utari. Kami kepolisian tidak bisa berbuat lain kecuali Mbak yang ikut menjaga Rio. Kami sudah melaporkan kasusnya kepada keluarganya. Mereka tidak ada yang mau hadir?"
"Apakah Dia anak buangan Pak?"
"Saya tidak berprasangka begitu. Kami mohon bantuan Mbak Utari. Mari bersama ke rumah sakit."