Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku yang Lemah

27 Maret 2024   18:40 Diperbarui: 27 Maret 2024   18:44 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang Lemah
DN Sarjana

"Lebih baik aku disini Mas! Aku akan lebih tenang menjaga buah hati Mas, dari pada Aku tak kuasa menerima hujatan mertuaku."

Fitri berkata, sambil mengelus perutnya yang sudah tampak bulat. Kata tetua kandungan 8 bulan memang terlihat bulat karena sebentar lagi akan lahir.

"Tapi..., Aku suamimu tak tega melihatmu berada ditempat seperti ini. Ibu perlu tempat yang lebih nyaman. Bukan disini."

"Mas Ridho. Tempat ini jauh lebih nyaman bagiku. Walau ramai penghuni, tapi mereka semua orang-orang baik. Tidak seperti di rumahmu."

Ridho menarik nafas panjang sambil memegangi perut Fitri. Terasa janin itu menendang-nendang. Ridho merasa senang. Tapi Ridho juga merasa sangat sedih mengapa semua ini terjadi.

Ia paham Fitri pasti sakit hati, ketika ibunya sering kali menghujat Fitri. Apalagi mengeluarkan kata-kata perempuan mantan pelacur.

Ridho teringat masa lalunya, ketika ia kehilangan jati diri. Walau hidup dalam lingkungan keluarga berada, tapi hari-harinya terasa sepi.

"Ma, Aku, berhenti kuliah di Jakarta. Aku ingin merantau ke Bali. Rasanya ilmu bisnis yaang saya dapatkan, sudah cukup sebagai bekal."

"Apa katamu Ridho? Kamu laki-laki cengeng. Cukup kamu ambil alih satu perusahan Papamu, hidupmu sudah lebih dari cukup."

"Tapi Aku ingin mandiri Ma. Nanti kalau tak mampu Aku pasti mau."

Mulai saat itulah ibunya yang keras mulai menjauh. Ia lebih memberi perhatian kepada adik perempuan.

Akhirnya Ridho minggat ke Bali. Di Bali Ridho mengontrak sebuah toko di Kuta untuk menjalankan usaha.

Hari-hari sepi dalam kesendirian, Ridho mulai mencoba gaya hidup di Kuta. Kuta dengan beragam tamu manca negara, pastilah diwarnai oleh kehidupan dugem.

Hingga suatu saat Ridho mabuk berat disebuah cafe. Kala itu perempuan yang biasa menemani menunggu sampai subuh. Namanya Fitri.

Walau Fitri perempuan malam, tapi itu bukan cita-citanya. Fitri hanyalah perempuan lemah yang dipermainkan oleh lelaki yang dicintainya.

Setelah lama bergaul, tumbuh rasa cinta Ridho kepada Fitri. Ridho merasa mendapatkan kasih sayang yang sesungguhnya yang dia harapkan.

Hingga suatu saat. "Fitri, aku ingin menikahimu." Kata Ridho singkat.

"Ridho, itu tak mungkin. Itu tak mungkin." Hanya kata itu yang terucap atas ketidak percayaan perkataan Ridho.

"Apa yang tidak mungkin? Aku sangat mencintaimu Fitri. Kamu berbeda dari perempuan lain."

"Ridho..., Aku tetap saja kupu-kupu malam. Manalah mungkin orang sebaik kamu, seberadab kamu akan rela keluarganya menerimaku."

"Tapi, Aku yang menerima Fitri. Cintaku bukan milik orang lain. Tapi milikmu."

Seiring berjalan waktu, pernikahan itu benar terjadi. Disaat perut Fitri makin besar prahara itu terjadi. Hujatan ibu Ridho sampai mengeluarkan Fitri seorang perempuan pelacur, menyebabkan Fitri minggat menemui Ridho di Kuta.

"Ridho, biarkan Aku disini. Aku perempuan lemah. Hanya pada mu Aku gantungkan harapan." Kata Fitri dipangkuan Ridho yang sangat menyayanginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun