Permen Karet
DN Sarjana
"Ayo ngaku. Siapa yang menaruh permen karet di kursi guru."
Tidak banyak suara yang keluar dari bibir pak guruTomo. Cuman wajahnya kelihatan memerah. Sudah pasti menahan amarah, karena celananya terasa lengket saat duduk.
"Baik kalau tidak ada yang mengaku, Bapak tidak akan ngajar di kelas ini. Silahkan cari Bapak kalau ada merasa melakukan."
Pak Tomo guru fisika mengambil tas nya dan meninggalkan ruangan. Seisi kelas IPA1 diam membisu. Setelah dirasa aman, kemudian ketua kelas berkata memecah keheningan
"Teman-teman, silahkan mau berkata jujur. Kalau ndak, kita semua akan rugi. Tidak dapat pelajaran."
Seperti biasa Bracuk panggilan akrab Bimantoro yang paling suka buat kegaduhan dalam kelas buka suara.
"Ayo, ngakulah. Itu masalah kecil." Brancuk berdiri sambil melentingkan kukunya."
"Cuk, biasanya kamu yang paling usil. Ndak kamu ya yang masang." Roy berkata sambil senyum memojokan Brancuk.
"Ee, Roy. Mentang-mentang Aku sering ngusilin teman. Untuk urusan permen karet, sori ya..Aku kagak ngeh." Brancuk membantah dengan gayanya yang maco.
"Sudah-sudah tidak usah ribut. Malu ama kelas sebelah. Kita belajar. Sambil merenung. Semoga hari ini ada solusi."