Mohon tunggu...
Nyoman Prayoga
Nyoman Prayoga Mohon Tunggu... Pekerja NGO -

Currently working as Flood Resilience Program Manager at Mercy Corps Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kota-Kota di Indonesia Seharusnya Mengenali Dampak Perubahan Iklim yang Mengancamnya

25 November 2015   17:15 Diperbarui: 25 November 2015   19:19 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kota Semarang Setiap Tahun Harus Siap Menghadapi Ancaman Banjir dan Genangan Rob (Dokumentasi Program ACCCRN)"][/caption]Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, istilah perubahan iklim sudah banyak dikenal. Menurut laporan Climate Asia dari BBC di tahun 2015 ini, disebutkan bahwa 80% penduduk Indonesia pernah mendengar istilah perubahan iklim, tapi 24% dari proporsi tersebut tidak tahu betul apa itu perubahan iklim. Perubahan iklim sering secara mudah dipahami sebagai implikasi dari pemanasan global yang semakin nyata dirasakan oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Dampak perubahan iklim sendiri sudah dirasakan banyak masyarakat perkotaan, namun sekali lagi, banyak yang belum paham betul tentang apa yang terjadi sebenarnya. Maka, pemahaman mengenai perubahan iklim secara ilmiah maupun praktis perlu ditingkatkan.

Perlu diketahui, yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah negara pesisir pantai, kepulauan, dan negara berkembang. Dari tiga tipe tersebut, Indonesia memenuhi semuanya. Kajian BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tahun 2011 menyebutkan bahwa frekuensi bencana terkait iklim dan cuaca di Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Di tahun 2013 saja, setidaknya terdapat 1.254 kejadian bencana iklim dan cuaca yang memberikan dampak pada lebih dari 800 ribu orang dan menyebabkan lebih dari 300 ribu orang mengungsi.

Berdasarkan hasil penelitian Climate Central tentang tinggi muka laut dan risiko banjir di seluruh dunia sendiri, Indonesia berada di peringkat keenam negara yang berisiko tinggi dilanda banjir tahunan. Sekitar 4% penduduk Indonesia atau 10 juta penduduk akan terpapar oleh banjir yang diperparah perubahan iklim tersebut. Posisi Indonesia ini sedikit lebih baik daripada penduduk Cina, Vietnam, Jepang, India, dan Bangladesh.

Masih belum banyak yang menganggap masalah perubahan iklim sebagai masalah prioritas, padahal berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan iklim telah berdampak pada kehidupan manusia. Seperti dikutip dari laporan Shock Waves: Managing the Impacts of Climate Change on Poverty yang dipublikasi oleh Bank Dunia (World Bank), perubahan iklim berdampak pada semakin tingginya intensitas dan jenis bencana perubahan iklim yang terjadi seperti banjir, rob, kekeringan, angin puting beliung, sampai ketidakpastian musim, penurunan produktivitas pertanian, serta wabah penyakit. Hal ini mengakibatkan besarnya kerugian yang dialami masyarakat di berbagai daerah, termasuk daerah perkotaan, baik secara ekonomi maupun sosial.

Langkah antisipatif sebaiknya mulai dilakukan dari sekarang sebelum keadaan semakin memburuk. Secara garis besar, kota seharusnya memiliki kapasitas yang cukup untuk menghadapi ancaman bahaya dan tekanan akibat masalah seperti dampak urbanisasi dan perubahan iklim. Berketahanan bukan berarti kota mengeliminasi segala ancaman bahaya, tapi kota berarti siap untuk menghadapi ancaman tersebut jika ancaman tersebut terjadi.

[caption caption="Pemahaman terhadap Karakter Kota dan Situasi yang Mengancamnya Sangat Penting untuk Perencanaan Pembangunan (Dokumentasi Program ACCCRN)"]

[/caption]Segala fakta yang menunjukkan kerentanan kota-kota di Indonesia terhadap ancaman perubahan iklim tersebut, maka idealnya kota memiliki suatu perencanaan ketahanan iklim. Secara umum dan tidak hanya berlaku di Indonesia, kota yang menyadari pentingnya analisis kondisi daerahnya terhadap dampak perubahan iklim seharusnya menjadi lebih siap menghadapi berbagai hal yang sulit diprediksi. Analisis mengenai risiko iklim yang dilakukan dapat memberi gambaran mengenai kerentanan kota, bahaya iklim yang mengancam dan kemungkinannya dalam memengaruhi perkembangan kota dan sistem perkotaan.

Setelah memahami apa saja yang mengancam kota, prediksi kondisi ke depan, daerah mana yang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim, maka kota dapat menyusun strategi untuk merespon kondisi tersebut di masa depan. Hal ini juga yang terus ditekankan oleh Mercy Corps Indonesia melalui Program ACCCRN (Asian Cities Climate Change Resilience Network) yang mengajak kota-kota di Indonesia untuk memiliki dokumen kajian risiko iklim dan strategi ketahanan kota sebagai upaya meningkatkan kesiapan kota dalam menghadapi ancaman perubahan iklim.

Sudah seharusnya kota-kota di Indonesia mempertimbangkan ancaman perubahan iklim dalam proses pembangunan karena Indonesia tidak bisa terus-terusan mengandalkan pendekatan konvensional dalam perencanaan pembangunannya. Misalnya mengubah bahan material bangunan yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca, mendesain sistem peringatan dini terhadap bencana pada daerah-daerah yang rawan, merekomendasikan pembuatan lubang biopori pada daerah-daerah yang sering tergenang banjir, dan bentuk respon lainnya.

Tentu masing-masing daerah perlu menyusun strategi sesuai dengan dampak perubahan iklim yang mengancamnya. Maka sekali lagi, sangat penting bagi kota untuk membangun analisis kerentanan dan disinkronisasi dengan rencana pembangunan perkotaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun