Manfaat-manfaat tersebut juga dirasakan di Kebun Agrowisata Belimbing Karangsari, Kota Blitar. Dari bulan Mei 2014 sampai April 2015, telah dihasilkan 400 lubang biopori di kebun agrowisata belimbing tersebut, dan 400 lubang biopori lainnya yang tersebar di rumah-rumah warga yang juga memiliki pohon belimbing di pekarangannya. Semenjak adanya lubang biopori tersebut, para petani belimbing yang juga ikut membuat biopori menyadari bahwa dukungan infrastruktur tersebut membantu peresapan air yang lebih cepat saat penyiraman, serta mendukung ketersediaan cadangan air tanah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Para petani belimbing sendiri ke depannya ingin menambah lagi jumlah lubang resapan biopori setelah merasakan sendiri manfaat tersebut.
“Hal ini sangat penting sebagai alternatif sumber air untuk menambah produktivitas pertanian belimbing sekaligus beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, kekeringan,” ujar Bapak Suharsono selaku Asisten Daerah 1 mewakili Walikota Blitar pada satu kesempatan. Ke depannya, pemerintah sendiri berharap ada dukungan masyarakat untuk bekerjsama mengembangkan Kelurahan Karangsari tersebut sebagai kawasan agrowisata dengan menonjolkan buah belimbing sebagai komoditas utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H