Mohon tunggu...
Novita Sari
Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

@nys.novitasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita dari Wak Romlah

1 Januari 2020   10:45 Diperbarui: 3 Januari 2020   19:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Daktau kau?"

Aku menggeleng, sambil berpikir kemana arah perbincangan ini. Lalu Wak Romlah bercerita begitu saja.

***

Konon, sungai ini selalu meminta tumbal setiap tahun. Hal ini terjadi karena sebuah kecelakaan kecil. Awalnya sungai ini hanya selebar jalan raya, airnya pun dahulu sangat jernih. Beda jauh dengan sekarang. 

Saat itu musim kemarau, banyak warga yang beralih mencuci ke sungai. Hingga orang-orang kampung sebelahpun ikut mencuci disini. Seorang gadis belia saat itu terlihat hendak mandi, matahari mentereng di ufuk barat. Entah apa yang membuatnya berlama-lama di jamban. Menung menghadap air. Orang-orang yang berada tak jauh darinya sudah curiga, namun mereka tak berani menegur karena gadis itu bukan orang asli kampung ini.

Perlahan hari menjadi gelap, anak-anak beramai-ramai berangkat mengaji. Tapi gadis belia tadi hilang entah kemana, hanya pakaiannya yang terlihat tersampir di jamban. Beberapa orang sibuk mencari, berenang dan menyebarkan berita ini. Namun hasilnya sudah dapat diduga, gadis belia itu menjadi tumbal  sungai Batanghari. Menemani raja siluman air disini.

Warga disini sudah mafhum, bahkan diantara mereka pernah bercerita, mereka melihat titian setan Telanai yang membujur diatas lubuk olak, berbentuk pusaran-pusaran air yang tiba-tiba muncul disaat tertentu. Menurut mereka ini adalah titian jalan pembuka menuju kediaman kerajaan sanga raja air itu. Beberapa hari sebelum kejadian perempuan itu hilang, tampak sebuah napal timbul di bagian tengah sungai ini, bentuknya seperti pasir jika terlihat dari jauh namun memiliki tekstur yang keras jika dipegang.

Sejak kejadian itu, orang-orang disekitar sini percaya bahwa akan ada permintaan tumbal di lain dari sungai ini untuk dijadikan bala tentara di kerajaan. Tanda-tandanya pun hampir sama setiap tahun. Jika napal telah timbul, beberapa hari setelah itu akan ada yang hilang disungai. Baik ditemukan raganya atau hilang selama-lamanya. 

Wak Romlah bercerita dengan kesungguhan, cerita itu tandas bersamaan dengan cucian pakaiannya yang hampir selesai. Aku melihat ada yang berubah dari air mukanya. Matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam. Tapi aku tak berani menanyakannya. Hingga bilasan pakaiannnya selesai, aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada Wak Romlah.

"Ngapo sedih nian wak nampak nyo?"

Ia membalas dengan memincingkan matanya padaku, tajam seperti pisau dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun