Mohon tunggu...
Hieronymus Kopong Bali
Hieronymus Kopong Bali Mohon Tunggu... -

FE UG'13. Volunteer @turuntangan @EHdepok. Part of @KMK_UG @pmkaj_us @kataku2013. You'll Never Walk Alone

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merajut Nyata Tenun Kebhinnekaan

22 April 2016   00:04 Diperbarui: 22 April 2016   00:25 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, melindungi setiap anak bangsa!” - Anies Baswedan-

Sepenggal ucapan dari Anies Baswedan, yang kini menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia  ini menjadi salah satu ucapan yang terus saya ingat.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai, benarkah Indonesia saat ini adalah negara yang sangat toleran atau justru negara yang tidak intoleran?

Itu pasti tergantung dari sudut pandang mana kita melihat hal tersebut. Namun fakta yang pasti negara ini dibentuk & dijalankan dari kemajemukan. Kebhinekaan yang merekatkan unsur-unsur bangsa ini.

Sayangnya, masih banyaknya perkataan & perbuatan intoleran yang terjadi di negara ini. Baik oleh individu maupun kelompok. Yang sayangnya sering kali mengatasnamakan agama tertentu. Mereka adalah oknum-oknum intoleran Ya, kata oknum adalah kata yang pas untuk menggambarkan mereka. Karena seluruh agama pasti meyakini & mengajarkan kebaikan, cinta kasih, toleransi,dsb

 Sayangnya lagi, masih beredarnya mereka para oknum ini yang menghiasi media kita, karena kata, sikap dan perbuatannya yang intoleran padahal kita sebagai bangsa yang harusnya banyak berinovasi, mengembangkan IPTEK, mempersiapkan kualitas SDM yang unggul, dsb. Belum lagi pernyataan tentang “kemana negara saat tindakan intoleran terjadi? Aparat diam?” seakan tidak ada habisnya seiiring penyegelan tempat ibadah, pelarangan ibadah agama tertentu di republik ini

Gerakan Orang Muda

Sering kali banyaknya orang baik memilih diam dan mendiamkan permasalahan yang terjadi di Indonesia, termasuk permasalahan intoleran.

Namun 8-10 April lalu di Bogor telah diadakan Temu Kebangsaan Orang Muda yang perdana. Kurang lebih 100an orang muda dari berbagai organisasi / komunitas lintas iman: Kepemudaan KWI, Biro Pemuda dan Remaja (BPR) PGI, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), GUSDURIAN, Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (PERADAH), Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Agung Jakarta, OMK Keuskupan Bogor, Komunitas Magis, Komunitas Komjak (Kampus Orang Muda Jakarta), Gerakan Mari Berbagi, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jakarta, GMKI Jakarta Barat, Campus Network, Relawan Biro Pemuda dan Remaja PGI, Pemuda POUK, HikmahBudhi (Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia), Pemuda Syiah Indonesia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Alumni KPK (Kursus Pengelolaan Keberagaman) ANBTI, Gusdurian Sunter, Search for Common Ground, Generasi Mandiri, KMNU Bogor, IPNU, NU Online, Islami.co , Cinta Indonesia, UNJ, Wahid Institute, Forpela Bekasi, Pesantren Ciganjur dan Peradah.

[caption caption="Temu Kebangsaan Orang Muda, 8-10 April 2016"][/caption]

Kami, orang muda yang gelisah akan intoleran  yang tidak memilih diam & mendiamkan, serta yang peduli akan kebhinnekaan Indonesia melakukan serangkaian kegiaran mulai dari berdiskusi bersama seputar isu disekitar orang muda (keberagaman, lingkungan hidup, media, pendidikan-budaya), lalu mengikuti Studium Generale dengan Menteri Agama - Lukman Hakim, Deputi Staf Kepresidenan-Yanuar Nugroho, Yenny Wahid, Romo Antonius Haryanto, Pr, Surya Tjandra, Alamsyah (WAHID Institute), dsb

Juga pentas budaya, pameran karya orang muda. Dan merumusan analisa kondisi bangsa kekinian, strategi dan rencana kerja kedepannya. Mulai dari meningkatkan kesadaran akan kebhinekaan, audiensi, diskusi, dsb. Baik dalam bentuk online maupun tindakan langsung.

Langkah Konkret

Merajut nyata tenun kebhinnekaan tidak bisa hanya dilakukan 100 orang tadi, tidak bisa hanya pemerintah. Semua perlu terlibat, kita perlu turun tangan untuk itu. Kita semua terpanggil untuk menciptakan sikap & perkataan toleran terhadapa sesama kita dimulai dari lingkungan terkecil kita.

 Kita perlu lebih peka lagi dengan sesama kita, kita perlu dibiasakan dan membiasakan diri dengan kebhinnekaan, yang bukan jadi penghalang tetapi pemersatu bangsa. Kita harus buktikan dengan tindakan nyata bahwa kita harus menunjukan sikap kita saat tenun kebhinnekaan ini terancam.

 Mari bergaul dengan siapapun tanpa memandang agama/suku apapun. Mari menanggalkan kata mayoritas & mayoritas dalam kamus sehari-hari kita terutama dalam hal agama, suku. Mari berpikiran terbuka terhadap kebhinnekaan. Mari rangkul semua saudara-I kita apapun agamanya.

 Sambil kita dorong penegakkan hukum oleh aparat. Penetapan kebijakan dalam hal-hal agama dan kepercayaan oleh pemerintah. Pengembangan dan penguatan nilai-nilai toleran & kultural dalam sektor pendidikan, keagamaan dsb

Semoga suatu hari nanti akan ada Hari Kebhinekaan Nasional & kita semua bisa membuat Indonesia bukan hanya sekedar toleran dalam data, namun dalam tindakan nyata . Mari perjuangkan. Salam Bhinneka Tunggal Ika!
 [caption caption="berbagai kegiatan Temu Kebangsaan 2016"]

[/caption]

Torang samua basudara  (Kita semua bersaudara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun