Hawa Kota Solo dini hari itu segar banget. Eits tapi lama kelamaan jadi lumayan dingin dan membuat urusan kampung tengah kudu diisi. Tapi mana ada wisata kuliner buka dini hari? Â Yang buka menurut kami, hanya warung-warung di sekitar stasiun saja.Â
Ternyata tidak! Ada info kalau wiskul dini hari ada lho di Solo yakni di Gudeg Ceker Bu Kusno (artikel wiskul ini saya tulis terpisah yaa). Tak membuang waktu, kami pun meluncur ke lokasi Gudeg Ceker yang kesohor itu. Kemudian  dilanjut sholat subuh di masjid Jami Karanganyar dan langsung ke lokasi Air Terjun Jumog.
Hari masih pagi benar saat hi ace yang membawa kami memasuki area parkir Wisata Air terjun Jumog. Hawa bersih terhirup segar. Bunyi gemericik air pun terdengar alami. Rasanya tak sabar saya untuk melihat Jumog yang memiliki ketinggian air terjun sekitar 30 meter.
Untuk menuju ke air terjun, kami harus menyusuri jalan setapak kurang lebih 20 menit. Oya kami memilih jalur bawah yang tidak menguras tenaga dan waktu, mengingat masih banyak destinasi yang akan kami kunjungi. Kalau melalui jalur atas info yang saya terima, Â akan menuruni sebanyak 116 anak tangga yang berkelok dan curam. Hehe... Kami cari aman dan cepatnya saja.
Alam sekitar  Jumog memang masih asri. Tetumbuhan hijau di kanan kiri tampak rimbun dan menyegarkan penglihatan. Sungai yang membelah area wisata berair sangat bening hingga pandanganpun tembus ke dasar sungai. Bebatuan yang menyebar dan bertingkat-tingkat, mencipta air terjun mini yang amazing. Buihnya putih memburai saat bersentuhan dengan bebatuan lainnya.
0
Gencaran bunyi air tumpah semakin terdengar, tapi si Jumog elum tampak. Begitu terlihat jembatan yang dibuat sealami mungkin, air terjun Jumog pun menampakkan diri. Â Wuihhhh ...tinggi, tegap dan gagah. Hehe... Ibarat orang seperti sosok ber-uniform doreng yang terlihat handsome...Hehe..