Usai istirahat sejenak setelah sambang Coban Giwan, rombongan yang awalnya 20-an orang berpisah. Sebagian menuju coban lainnya disekitar lembah lewat pinggiran sungai. Sedangkan sebagian  kembali ke titik awal menuju jalan desa Taji  yang beraspal. Niat kami  ke Coban Siuk dan Coban Sisir.
Matahari agak beringsut ke barat, saat saya dan 2 sahabat Explore Wisata Malang ( Mas Anugrah dan Mas Feri) sepakat melanjutkan perjalanan. Coban Giwan yang  aduhai masih membayangi langkah saya yang agak berat. Hehe maklum dengkul ini kalau ibarat mesin, harus diolesi oli lagi agar lebih oke. Tapi berhubung bukan mesin jadi dinikmati saja apa yang terasa. Toh nanti akan hilang begitu saya melihat coban berikutnya. Yesss...!!!
Berkendara roda 2 sekitar 10 menit dari base camp, kami bertiga tiba disebuah gerbang. Tertulis, Selamat Datang di Coban Siuk. Kata mas Anugerah Tri dari gerbang ke lokasi Coban tak begitu jauh.Â
Melihat kondisi jalan menuju Coban Siuk berbatu, saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Rasanya kurang bijak kalau memaksakan diri untuk membonceng. Jadilah saya meniti jalan "makadam" yang tak datar alias agak nanjak, sendiri. Ya sendirian. Karena mas Anugrah dan mas Feri tetap berkendara ke atas.
Coban Siuk dan Sisir yang Menyihir
Ada rasa yang tersedot saat tatap saya terfokus pada satu titik air. Seperti tak berjarak titik air itu persis tepat di atas kepalaku. Tingginya kurang lebih 90 meter dari tanah yang kupijak. Sambil terus mendongakkan kepala, saya bersyukur. Percikan air nya begitu adem menembus kulit saya.
Kebun kopi tersebut memenuhi hampir seluruh lokasi dekat coban. Kala itu rimbun dan tentu saja subur. Beberapa tahun kemudian entah karena apa, lahan disekitarnya gundul. Akhirnya oleh pihak terkait diadakan reboisasi dengan menanam pohon pinus.
Coban Siuk mulai dibuka sebagai tempat wisata sekitar tahun 2015. Namun hingga kini pengunjungnya masih kisaran 30 org di hari minggu . Sedangkan di hari biasa hanya ada beberapa orang saja yang menyambangi. Seperti saat saya datang terlihat 5-7 orang saja. Padahal coban Siuk indah dan untuk menuju ke lokasi dekat dengan parkiran. Cukup mudah dan tak sulit.
Aliran coban Siuk mengalir membentuk sungai dengan air terjun mini yang bertingkat-tingkat. Percikan air dan gemericiknya membuat irama alam yang mendamaikan hati. Sayapun tak melewatkan untuk mengabadikan the natural painting sekitar coban Siuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H