Mohon tunggu...
Erny Kusuma
Erny Kusuma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka kuliner dan jalan-jalan, kemudian diurai dalam sebuah artikel.

Penikmat indahnya wisata alam Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sisi Lain Bromo yang Memesona

5 Mei 2018   21:19 Diperbarui: 7 Mei 2018   07:42 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Bukit Teletubies TNBTS (dok.pribadi)

Sisi Lain Bromo yang Memesona

Bromo itu seperti magnet. Orang tak cukup sekali untuk berkunjung melihat kecantikan alamnya. Gunung yang beberapa kali erupsi ini menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. 

Letak Bromo berada di perbatasan 4 kabupaten yakni Malang, Lumajang,  Probolinggo dan Pasuruan.  Sehingga untuk menuju ke Bromo bisa memilih akses mana sesuai keinginan pengunjung. 

Salah satu akses bisa masuk dari desa Wonokitri,  Pasuruan. Desa ini menjadi base camp pengunjung yang mau ke Bromo. Dengan  berkendara jeep Daihatsu Hardtop para pemburu sunrise pukul 03.30 dini hari mulai menantang hawa dingin.  Berkendara melalui jalan yang berkelok dan tajam. Kelokan jalan  ada yang membentuk huruf S yang berulang-ulang. Woww.... 

Dini hari itu saya dan 15 orang sahabat dari komunitas Rainbow Moms (RM)  memulai perjalanan dari Basecamp Wonokitri. Dingin yang menembus tulang tak terasa karena terkalahkan oleh niat menyambangi Bromo yang fenomental itu. 

Meski tak menikmati sunrise tetap puas dengan view yang indah (dok.pribadi)
Meski tak menikmati sunrise tetap puas dengan view yang indah (dok.pribadi)
Menyusuri jalan berkelok tak lebih dari 30 menit kami tiba di Pananjakan.  Ditempat ini kami berharap bisa melihat sunrise yang ditunggu-tunggu. Tapi karena sekeliling berkabut, sunrise yang sempurna tak bisa kami nikmati. Belum rejeki. Meski begitu   bagi kami tak masalah. Sunrise itu bonus,  selebihnya  adalah proses perjalanan  yang menyenangkan bernuansa uji nyali. 

Bromo yang Menakjubkan

Saya pertama kali menginjakkan kaki di Bromo tahun 90-an dan sampai kini sudah beberapa kali bercengkerana dengan alamnya.  Tak berubah, tetap menarik dan menakjubkan!  Menyusuri lautan pasir yang luas,  memandang savana dan juga lekukan-lelukan seksi bukit Teletubies. Semua itu sudah menjadi satu paket yang harus dikunjungi.  Viewnya yang membuat decak kagum KuasaNYA tak bisa dipungkiri. 

Di Bukit Teletubies TNBTS (dok.pribadi)
Di Bukit Teletubies TNBTS (dok.pribadi)
Rangkaian trip Bromo semakin lengkap kalau kita bisa mencapai puncak. Dari tempat parkir jeep harus jalan kaki sekitar 30 menit melewati jalan berpasir. Kalau ingin berkuda bisa dari tempat parkir ke bawah tangga (menuju kawah) pp dengan merogoh kocek sebesar 100rb. Kemudian menaiki duaratusan tangga hingga mencapai kawah. 
Berkuda berlatar Gunung Batok (dok.pribadi)
Berkuda berlatar Gunung Batok (dok.pribadi)
Selama perjalanan menuju kawah Bromo kami disuguhi pemandangan yang luar biasa.  Ada Gunung Batok dengan lekukan eksotis punggungnya. Beralur-alur menampakkan keseksian alamnya.

Saat mencapai kawah Bromo ada kepuasan hati.  Melihat kawah dengan suara gemuruh rasanya ciut juga.  Tapi rasa itu terkalahkan oleh rasa takjub yang tak berkesudahan. Lelah bakal terbayar lunas oleh view yang luar biasa memukau.

Kawah Bromo (dok. pribadi)
Kawah Bromo (dok. pribadi)
Komunitas Rainbow Moms dan sayapun segera bergegas usai menikmati  Bromo dan sekitarnya. Kami kembali menuju jeep yang menunggu di pelataran parkir.

Saat menuju ke basecamp kami meski merasa lelah masih menikmati panorama indah sekitar Bromo. Kami kembali menyusuri jalanan yang tadi kami lewati. Kalau pas menuju Bromo konsentrasi terpusat pada tujuan,  saat kembali terpusat pada view sekitar perjalanan. 

Jalan meliuk tajam dan terjal kami nikmati. Disatu sisi jalan terlihat jurang menganga yang siap menerkam pengendara yang lengah. Sementara disisi lainnya bukit batu yang kokoh berornamen tak beraturan, bergurat-gurat membentang sepanjang jalan. Artistik dan indah sekali karena penuh guratan-guratan alami. 

Konon kata driver jeep yang membawa saya dan sahabat RM menjelajah kawasan ini, dulunya nenek moyang mereka menyisir bukit ini untuk jalan dengan cara tradisional. Mereka meratakan sisi bukit batu memakai alat sederhana semacam cangkul. Dari guratan batu yang nampak memang seperti diratakan dengan alat tajam seperti cangkul / pacul. Benar tidaknya... Wallahualam... 

Tebing batu bergurat-gurat (dok.pribadi)
Tebing batu bergurat-gurat (dok.pribadi)
Pastinya  sekarang pengunjung yang ingin ke Bromo via Wonokitri, bisa merasakan sensasi yang luar biasa. Bakal berjibaku antara kelokan yang membuat rasa hati  deg deg pyarrr dengan view sekitar yang membuat mata tak berkedip. 

Tak percaya? Sila buktikan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun