Java Dancer Coffee. Tulisan itu terpampang cukup besar.  Mencari lokasinyapun tidaklah sulit. Berada disalah satu mall yang ramai pengunjungnya yakni Malang Town Square (Matos). Tepatnya di foodcourt lantai atas.Â
Menaiki tangga yang agak memutar saya dan Mas Heri beberapa hari lalu menyambanginya. Itu setelah 2-3 kali  membuat reschedule bertemu dengan Manager Outlet.  Akhirnya lepas maghrib (26/4),  begitu dapat kabar bisa ditemui, lega hati kami karena deadline peliputan sudah diujung waktu.Â
Ditemui seorang Manager Outlet yang masih tergolong muda, Irfan Joni Putra, kami berbincang banyak. Mulai dari strategi pemasaran promo hingga planning lainnya. Sebagai seorang manager yang bertanggung jawab dengan omset, Irfan harus mengutak-utik pikiran bagaimana mencapai target omset yang harus dicapainya. Salah satunya dengan program promo Free delivery order juga promo paket murah yang bisa menarik pengunjung. "Saya menyebarkan flyer promo untuk jemput bola", tegas Irfan dengan semangat.Â
Semangat muda Java Dancer (dok.pribadi)
Java Dancer Coffee bernuansa kafe ala Eropa dengan warna dominan coklat. Â Kesannya elegan dan ekslusif dengan penataan perabot kursi yang artistik. Â Suasana itulah yang mungkin membuat pengunjung merasa sungkan untuk datang. Â Dibenak mereka dengan tampilan yang "wah" mengira menu di kafe yang baru 1 tahun buka di Matos itu berbandrol mahal. Padahal menurut Irfan, Â harga di Java Dancer masih terjangkau dan hampir sama dengan harga di stand lain yang ada foodcourt lantai bawah. "Itu tantangan saya untuk membuat pengunjung bisa naik kesini (Java Dancer) ", kata Irfan. Bidikan konsumen menurutnya adalah pengunjung mall termasuk mahasiswa perguruan tinggi yang kampusnya berada disekitar Matos.Â
Salah satu promo di Java Dancer Matos (dok.pribadi)
Berbarengan dengan event Malang Sejuta Kopi (MSK), Java Dancer Matos juga turut berpartisipasi. Â Yakni dengan menyediakan kopi gratis untuk pengunjung selama April. Gerakan MSK ini untuk mengedukasi tentang cara konsumsi kopi yang sehat. Selain itu juga kedepannya menjadikan Malang sebagai destinasi
wisata kopi yang terkenal di dunia.Â
Irfan Joni Putra Manager OutletJava Dancer Matis (dok.pribadi)
Salah satu barista Java Dancer, Dwiki mengatakan, untuk kopi gratis belum sepenuhnya direspon pengunjung. Â Padahal info tentang itu ada di banner yang dipasang di depan pintu masuk. Â Menurutnya, pengunjung bersedia mengambil "jatah" free kalau sudah memesan kopi atau menu lainnya. Â "Mungkin merasa segan atau sungkan", lanjutnya. Dalam sehari pengunjung yang mengambil kopi gratis sekitar 5-6 orang saja. Beberapa macam kopi yang disediakan gratis yakni hot Americano, Cappucino dan White Coffee. Â Â
Salah satu barista Java Dancer Matos Dwiki (dok. pribadi)
Manager Irfan dan Barista Dwiki tidak bersamaan mendampingi kami. Â Mereka bergantian karena malam itu tamu memenuhi ruangan. Bahkan ada ruang meeting yang disediakan Java Dancer pun tampak terisi. Ada yang kongkow sambil menyeruput kopi atau minuman lainnya. Â Ada juga pengunjung bersama keluarga dinner dengan menu makanan ala-ala Italia seperti Spagethi, Â Pizza, Pasta dll...Â
Ruang meeting salah satu fasilitas Java Dancer (dok.pribadi)
Dwiki sang barista mengaku sudah 3 tahun bergabung bersama Java Dancer. Â Pernah ditempatkan di Java Dancer Jalan Kahuripan dan Jalan Jakarta yang lebih dulu buka. Menurutnya, Â di Java Dancer Matos ada 3 serving atau pelayanan dalam menyediakan kopi yaitu Toebroek, Â French Press dan Syphon. Â Sedangkan yang laris atau yang sering dipesan pengunjung adalah jenis kopi single original, Â seperti Kalosi Toraja, Â Wamena Papua, Bali, Â Mandailing Sumatra, Ijen dll...Â
Alat penyajian pelayanan kopi (dok.pribadi)
Sebagai barista Dwiki juga menjelaskan perbedaan antara kopi Sumatra dan Bali. Â Kalau kopi dari Sumatra lebih strong body atau lebih terasa pahit dan berjenis arabika. Sedang kopi asal Bali low body,tidak terlalu pahit. Untuk kopi Java Toebroek, lanjut Dwiki, Â memakai jenis kopi dari Gunung Ijen.Â
Kami saat itu mencicip Cappucino dengan sajian gula pasir dan gula aren yang ditempatkan dalam wadah terpisah. Dwiki menjelaskan, semua pengunjung bila menikmati Cappucino, gula  selalu dipisahkan.  Ini dimakaudkan agar cita rasa Cappucino disesuaikan dengan selera pengunjung.
Cappucino Java Dancer (dok.pribadi)
Saya mencoba meminumnya tanpa gula. Ternyata rasanya juga sudah manis karena ada campuran creamnya. Â Ketika dimix dengan gula aren rasanya jadi gurih dan hmmm... tentu saja nikmat. Â Cappucino ini dipatok harga terjangkau. Â Saat saya lirik list memang tak beda dengan kafe sejenisnya.Â
Lihat Travel Story Selengkapnya