Bicara tentang kopi, pengetahuan saya bernilai NOL. Â Terus terang tak tahu apa-apa. Â Di benak saya, Â kopi ya seperti yang saya buat sehari-hari. Mencampur bubuk kopi dengan gula berdasarkan takaran kira-kira. Biasanya 1 berbanding 3. Dengan diseduh air mendidih, diaduk dan dicicipi. Kalau sekiranya kurang manis ya ditambah gula. Â Begitulah bertahun-tahun.Â
Tapi sejak dapat tranferan ilmu tentang edukasi kopi, saya semakin paham. Â Banyak jenis kopi, macam penyajian termasuk asal kopi dari beragam tempat. Â Nah itu semua berkat even tahunan Malang Sejuta Kopi (MSK). Disamping memberi edukasi tentang konsumsi kopi yang sehat, Â menurut Budi salah seorang panitia, dengan even MSK Malang bisa jadi destinasi wisata para penikmat kopi seluruh Indonesia.Â
Tahun 2018 adalah tahun kedua dan melibatkan 42 kafe se-Malang Raya. Setiap kedai/kafe disarankan menyediakan 20 cups kopi secara gratis tiap hari selama bulan April.Â
Kebetulan saya mereview kedai Koempoel Kopi. Lokasinya ada di jalan Kartini no 20 Malang. Kedai berkonsep rumahan ini berdiri dihalaman rumah tua yang cukup luas. Dari modelnya bisa ditebak kalau rumah itu bangunan jaman kolonial Belanda.Â
Kedai Koempoel Kopi (dok. Pribadi)
Kedai tanpa sekat ini terkesan terbuka. Â Perabotnya dari kayu terdapat meja dan kursi yang terbuat dari tong kecil. Disisi kanan pintu masuk ada meja panjang untuk display macam-macam kopi. Kopi tersebut antara lain dari Dampit, Arjuna, Â Kawi, Â Toraja, Aceh dll. Kopi itu disimpan dalam toples kaca tembus pandang. Terdapat juga alat-alat penyajian kopi V60, Kalita Wave, Â Aero Press, Mocca Pot dan Vietnam Drip.Â
Meja display kopi (dok. pri)
Saya berkunjung ke kedai bersama Mas Himam. Ditemui 2 orang yang dipercaya ownernya yakni Pak Dlloyd dan Bu Dewi. Â Dengan ramah dan welcoming mereka menyambut kedatangan kami.Â
Bu Dewi adalah kerabat owner kedai. Ownernya adalah seorang Dirut di perusahaan kopi ternama. Bahkan kopi bermerk itu juga dijual dikedai Koempoel Kopi. Di kedai yang baru buka Januari tahun ini ada 3 wave yakni Manual Brue, Â Exelco by Unakaffe (berbentuk kapsul) Â serta kopi Kapal Api sachet.Â
Biji kopi dalam toples (dok. Pri)
Dengan menyajikan 3 wave ini, menurut Pak Dlloyd, kedai  bisa menjangkau semua segmen. Sehingga diharapkan kedai ini bisa ramai pengunjung. Seperti niat awal untuk menjadikan rumah tua ini tampak ramai. Oya kedai buka jam 14.00 hingga jam 22.00. Khusus hari Senin tutup untuk memberi kesempatan karyawan istirahat. Â
Saat ditawari untuk mencicip kopi, saya memilih kopi lokal yakni kopi dari Gunung Arjuna. Kopi Arjuna termasuk Manual Brue seperti Kopi Dampit dan Kopi Gunung Kawi. Penyajiannya saya pilih V60.Â
Kopi Arabika Arjuna V60, nikmat. (dok. pri)
Sayapun melihat langsung proses pembuatannya. Biji Kopi ditakar 15 gram kemudian dihaluskan dengan mesin. Â Semua tempat yang akan digunakan disterilkan dengan air panas. Ada proses blumming yakni menuangkan air panas di bubuk kopi sedikit demi sedikit agar gas dalam kopi keluar. Bila air yang bercampur kopi selesai disaring kemudian disajikan di cangkir. Â
Seduh kopi dengan V60 (dok. Pri)
Kopi jenis Arabika Arjuna diminum tanpa gula. Â Saya yang bukan penikmat kopi sejatipun mencoba menikmati kopi perlahan. Â Ya dengan segala rasa yang saya punya. Meminumnya tanpa gula tapi tak terasa pahit. Terasa sedikit asam dan seperti ada rasa buah. Harga kopi di kedai yang pernah dikunjungi Najwa Shihab ini mematok harga rp 5.000 hingga rp 18.000. Harga yang cukup terjangkau kan? Sebagai teman ngopi juga tersedia penganan kecil seperti roti bakar, risol mayo, Â lumpia dll...
Lihat Travel Story Selengkapnya