Mohon tunggu...
Nyimas Hilmiyati
Nyimas Hilmiyati Mohon Tunggu... Penerjemah - Selalu bersyukur

seorang ibu rumah tangga dengan 6 orang anak yang sudah gemar menulis sejak di bangku sekolah dasar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Orang Asing Ingin Merebut Si Buah Hati

17 Desember 2012   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13557680141402154680

[caption id="attachment_230131" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption]

Akselerasi perkembangan teknologi tidak bisa disanggah lagi, terlebih dengan dipermanis adanya jejaring sosial yang beragam. Jejaring sosial ini bertujuan positif untuk mengembalikan pertemanan yang sempat loss contact ataupun keluarga yang berdomilisi berjauhan dari posisi kita. Pun, teknologi ini pun, telah mengusik keinginan buah hati saya untuk pula menikmatinya. Setelah putri sulung saya Jessymulai besar, sebagai orangtuanya pun saya harus ekstra ketat mengawasi pergaulannya,

Jessy putri sulung saya yang sejak usia 9 tahun ingin memiliki akun fesbuk pribadi. Di usia ini tentu rasa ingin tahunya terhadap perkembangan dunia maya bertambah besar. Mulai hanya melihat-lihat imej di mesin google hingga membuka film anak-anak. Di usia Jessy yang masih tergolong serba tanggung, karena untuk dibilang besar belum lah, apalagi kalau dibilang masih kecil, sudah terlewat jauh. Jessy lebih suka menyebut dirinya abg alias anak baru gede. Sebagai ibu yang bijak, keinginan anak yang seperti Jessy ini boleh saja kita kabulkan, toh paling-paling temannya sekitar teman satu sekolahnya saja, tidak lebih.

Setahun yang lalu kesenangan Jessy dengan terus mengupdate status di jejaring sosial membuat saya cukup gerah. Dulunya ia hanya senang berselancar dengan menonton barbie, strawberry shortcake dan sejenisnya di youtube sekarang kebiasaan itu sudah bisa Jessy tinggalkan. “Eksis ma, eksis”, timpal Jessy suatu ketika saya tegur dengan halus jangan terlalu larut dalam dunia maya.

Belum lagi, bahasa gaul yang Jessy dapatkan di dunia pergaulannya, seringkali ia praktekkan di dalam rumah, menambah marak kosakata gaul buat anak-anak saya yang masih kecil lainnya. Saya yang tadinya hanya mengenal bahasa Indonesia yang baik dan benar lambat laun pun sedikit paham dengan bahasa alay ala anak seumuran Jessy. Untuk urusan yang satu ini, saya masih cukup bertoleransilah dengan keberadaan bahasa gaul di usianya , karena menurut hemat saya, seiring bertambah usia bahasa gaul ini akan Jessy tinggalkan secara perlahan tapi pasti.

Intensitas yang dilakukan Jessy terhadap dunia mayanya mencuatkan rasa kecurigaan saya. Kali ini saya merasa terusik, tatkala Jessy lebih sering meminta uang untuk membeli pulsa. Saya tanyakan kenapa harus memakaipulsa lagi, cukup berkomunikasi lewat fesbuk di laptop. Alasan Jessy sangat tidak masuk akal, “kan gak enak ma pake chatting doang”.

Lagi-lagi saya kabulkan permintaan Jessy, tapi kali ini saya tidak mau sia-sia, saya berstrategi dengan mengajukan syarat kepada Jessy agar mau menukarkannya dengan email dan kata kunci fesbuknya. Setelah mendapat teman yang beragam Jessy pun lebih pintar untuk selalu mengganti akunnya, Saya ketahui itu, karena ketika saya ingin mengupload foto hasil jepretan saya ke fesbuknya, email dan password yang saya masukkan selalu salah. Jessy yang sebenarnya tipikal penurut menjadi anak yang mulai tertutup. Saya melakukan pendekatan kasih sayang yang luar biasa dengan tetap memandang apa yang telah dilakukan Jessy dengan selalu mengubah email dan passwordnya tetap di dalam lingkaran positive thinking saya. Trik yang saya pakai ini terbilang berhasil, karena anak ini sebenarnya masih polos jadi ia senang-senang saja dengan persyaratanku karena saya pun berjanji membelikannya sebuah ponsel yang baru beserta sejumlah pulsa yang lumayan banyak. Tujuan saya tak lain karena saya harus menjadi spionase Jessy dengan mengikuti semua kegiatan yang dilakukannya di dunia maya.

Betapa tercengangnya saya, ketika saya dapati di pesan inboxnya ada beberapa teman yang bukan seumurannya dan juga bukan teman dalam satu sekolahnya. Mereka ingin bersahabat dengan anak seusia Jessy, oh no way. Sepertinya Jessy yang baru masuk ke usia abg terpancing dengan satu orang teman asingnya yang sengaja saya tandai, orang asing itu kerap menghujani Jessy melalui pesan-pesannya di inbox dengan kata-kata pujian yang sedikit aneh menurut saya. Dari berbagai foto yang diunggah Jessy ke fesbuknya, masih tahap wajar jika Jessy dinilai cantik, cute, mempesona, dan ups seksi, kata terakhir ini yang membuat saya geram. Apa ada sih anak seusia Jessy pantas dibilang seksi?

Melihat kondisi ini, saya tidak berlepas tangan begitu saja, serta merta saya mengambil inisiatif untuk tetap mengikuti perkembangan Jessy dengan teman anehnya itu. Karena dari awal Jessy bermain fesbuk tiap profil teman Jessy pasti saya teliti satu-persatu, dan bila disertakan no hp di tentang infonya pasti langsung saya catat . Saya ingin tahu apa dan siapa yang telah membuat perubahan pada diri anak saya. Dengan jumlah teman yang tidak sedikit, mereka ada yang berasal dari satu sekolah, teman sekelas dan anak-anak tetangga dekat rumah dan juga teman-teman diluar itu yang saya amati memang berniat berteman dengan semestinya.

Terlebih setelah kejadian kata seksi itu, saya pun melancarkan aksi pintar-pintaran. Meski saya sudah diijinkan membuka fesbuk kapan saja namun saya tetap mencari lengahnya Jessy agar saya lebih leluasa dalam proses investigasi ini. Kebetulan ada saat Jessy terlelap lebih awal sebagaimana biasanya sebelum ia terkontaminasi si asing ini, saya bersegera masuk ke fesbuk. Biasanya orang asing ini beraksi ketika jam tidur tepatnya di tengah malam. Intuisi saya menandai satu orang laki-laki asing ini yang pure berkenalan dengan putriku di dunia maya tidaklah meleset. Dari kronologinya terbukti si asing tidak satupun memiliki teman yang sama dengan si sulung sebelum dan sesudahnya berteman. Dari runutan isi inbox yang pada awalnya tidak komunikatif. Aksi berbalas pesan yang tadinya kaku kini jadi ajang yang mengarah pada sebuah keakraban, Jelasmengindikasikan niatan yang tidak baik dari si asing yang belum meraih tujuan jahatnya, Usahanya untuk meyakinkan Jessy untuk menjalin pertemanan yang akrab sangat jitu menurut saya. Dia meminta Jessy untuk bertanya apa saja kepada si asing terutama PR dari sekolah. Aneh bukan? Setelah dirasakan jalinan pertemanan mereka cukup akrab, si pria asing itu pun dengan lancang telah mengatur sebuah pertemuan di suatu tempat. Hampir tak bisa dipercaya kenapa pria asing yang lebih tepat disebut orangtuanya itu minta ketemuan.

Dengan sedikit hati-hati saya membalas tiap pesan inbox dari si asing, tentunya malam itu saya menyamar sebagai Jessy. Setelah tanya jawab via inbox yang memakan waktu cukup lama kira-kira satu jam lamanya, sepertinya si asing mulai curiga jika yang menjawab inboxnya itu bukanlah Jessy. Karena feedback pertanyaan yang mengacu ke sebuah ajakan selalu saya patahkan dengan mengatakan tidak bisa ataupun tidak mau. Dengan nada kesal dia menanyakan kemana Jessy, dan menanyakan siapa saya sebenarnya. Saya merasa diremehkan, lalu dengan tegas saya balas pesannya dan menjelaskan bahwa saya adalah mama kandung Jessy dan adalah sia-sia bila si orang asing itu akan mempengaruhi anak saya yang terbilang masih di bawah umur. Tanpa perlu mendapat sanggahan dari si asing, saya juga katakan kepada si asing tentang apapun kegiatan yang terlihat di fesbuk tidak terlepas dari pengawasan saya sebagai orangtuanya. Lebih frontal lagi saya mengingatkan kepada si asing agar tidak lagi mengganggu anak saya dalam bentuk apapun. Dan seramnya lagi saya pun mengancam orang tersebut akan melaporkannya kepada pihak berwajib. Kini Jessy baru saja genap 11 tahun dan semua pertemanannya di dunia fesbuk sudah terlihat sehat dan sesuai dengan tingkatan usianya. Tentang si asing itu, saya bersyukur, ketika saya searching nama asing itu benar-benar sudah menghilang. Thanks God.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun