Mohon tunggu...
Nyimas Aulia Zalma
Nyimas Aulia Zalma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Menikmati berbagai hal seperti musik, film, buku, dan permainan meja Dungeons&Dragons.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berbekal Psikologi Komunikasi: Memahami Strawberry Generation yang Disebut Cemerlang Namun Rapuh

29 Januari 2025   23:05 Diperbarui: 29 Januari 2025   23:10 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Diambil oleh penulis, Mental Health Campaign pada 22/01/2025, di Aula FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Tanggal 22 Januari 2025 menjadi hari dimana Beyond Labels: Mental Health Campaign tepatnya di Aula Kasman Singodimedjo, FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta dilaksanakan. Dengan tema yang bertajuk “Memecah Stereotip Strawberry Generation” ini dikelola langsung oleh para mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi PR (Public Relation) yang menjadi panitia dalam pelaksanaan seminar. Acara dimulai dari pukul 13.00 dimana dari mulai masuk aula, audiens dipersilahkan untuk menuliskan ceritanya mengenai Mental Health pada secarik kertas secara anonim yang lalu dimasukkan ke dalam kotak kardus.

Seminar dimulai dengan sambutan-sambutan yang diberikan oleh ketua pelaksana setelah itu dilanjut oleh Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Oktaviana Purnamasari, M.Si yang kemudian membuka seminar kampanye ini. Audiens yang datang rata-rata adalah para mahasiswa Dimana target diadakannya acara ini adalah mereka yang termasuk pada golongan muda alias generasi Z.

Ibu Velda Ardia, S.Ikom., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah prodi Ilmu Komunikasi, membuka acara dengan pemaparan materi sebagai pengantar. Dengan pertanyaan, “Mengapa psikologi komunikasi itu perlu dipelajari?”. Mengapa perlu paham tentang psikologi komunikasi, salah satunya bagi yang mengambil studi pada ilmu komunikasi.

Beliau menjelaskan definisi Psikologi Komunikasi oleh George A. Miller, dimana psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menjelaskan, meramalkan, serta mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam komunikasi. Tujuannya adalah untuk mencapai efektivitas komunikasi. Ketika seseorang memahami dengan baik psikologi komunikasi, mereka mampu menganalisis komponen lawan bicara saat berkomunikasi. Hal tersebut tentunya mampu membuat komunikasi lebih efektif. Meempelajari psikologi komunikasi penting sehingga dapat memahami konteks penyampaian pesan secara verbal maupun non-verbal secara baik. Mengurangi adanya noise (gangguan) dalam komunikasi maupun misinformasi dan miskomunikasi.

Beranjak dari pemaparan Ibu Velda, dilanjutkan dengan topik utama dimana Kak Safitri Herra, S.Pd. hadir untuk menjelaskan mengenai Strawberry Generation itu sendiri. Dimulai dari konsep awal mengapa bisa disebut sebagai generasi stroberi yaitu bagaikan buah stroberi. Terlihat cantik dan cerah dengan warna merah yang menawan, tapi juga rapuh dan mudah hancur ketika ditekan. Dari penjelasan itu kemudian jelas bahwa arti dari generasi stroberi adalah generasi yang memiliki kreativitas tinggi, ide-ide brilian nan cemerlang, sayangnya mereka mudah ter-demotivasi ketika mendapatkan tekanan atau tidak kuat yang akhirnya disebut sebagai generasi yang rapuh.

Dalam presentasinya, Kak Herra menjelaskan dengan cara yang lugas, kekinian, terlihat cerah sehingga tercerminkan pada para audiens yang juga fokus memperhatikan. Salah satu hal yang dijelaskan oleh Kak Herra adalah ciri-ciri generasi stroberi yaitu mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman, kreatif dalam memberikan ide atau gagasan baru,  open-minded atau memiliki pemikiran yang terbuka terhadap pendapat atau ide orang lain. Selain ciri-ciri positif, adapun tendensi negatif yang menjadi ciri-ciri generasi stroberi itu sendiri seperi: mudah terdistraksi dan kurang bertanggung jawab, tidak kuat dengan tekanan atau rapuh, serta suka dengan zona nyaman.

Ciri-ciri tersebut juga dijelaskan penyebab terbentuknya Strawberry Generation muncul dari beberapa faktor, antara lain:

  • Datang dari pola asuh orang tua
  • Kecanduan teknologi digital (contohnya: smartphone, game online)
  • Self-diagnosed atau mudah mendiagnosa kondisi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
  • Kondisi lingkungan yang mempengaruhinya

Karena hal ini, akhirnya berdampak pada mereka yang menjadi tidak mandiri, tidak kuat dalam melewati tantangan atau permasalahan yang memiliki tekanan tinggi, egosentris, denial atau tidak bisa menentukan secara pasti keputusannya, mudah frustasi sehingga dapat berakibat fatal terhadap dirinya sendiri.

Tentunya dibutuhkan penanggulangan dalam menghadapi Strawberry Generation ini. Salah satunya dengan memberikan kesempatan dan kepercayaan pada diri sendiri bahwa semua orang melalui permasalahan yang mudah maupun rumit. Menanamkan pada jati dirinya tentang bagaimana dirinya tidaklah sendiri dan semuanya butuh waktu dan keteguhan dalam melewatinya. Kemudian setelah itu, perlu memberikan diri sendiri bentuk apresiasi setelah kuat menjalani dan melewati permasalahan.

Setelah pemaparan itu, Kak Herra kemudian lanjut bersama moderator dari pihak mahasiswa ke dalam sesi pembacaan kertas-kertas audiens yang sudah disiapkan sejak awal masuk aula. Secara anonim dibacakan keresahan hingga cerita singkat yang ditulis oleh para audien. Beliau memberikan apresiasi dan juga motivasi pada setiap kertas yang ia bacakan. Menegaskan bahwa sudah dianggap kuat untuk mereka yang melewati naik-turunnya kehidupan, yang terus bertahan mengingat beban yang kemudian terus dipikul. Beliau menjelaskan juga bahwa perlu adanya cara untuk meluapkan emosi yang terus menerus dipendam. Dengan bercerita pada setidaknya satu orang yang dipercaya, datang ke psikolog, hingga berdoa. Berdialog pada Yang Maha Kuasa untuk diberikan kekuatan dalam menjalaninya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun