Mohon tunggu...
Nyi Ayu Anisa Hafsari Dewi
Nyi Ayu Anisa Hafsari Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yang tak berbuah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Perkembangan Sosial

14 Oktober 2024   11:35 Diperbarui: 14 Oktober 2024   11:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori perkembangan sosial yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky dan Jean.

Perkembangan anak dalam konteks kehidupan sosial merupakan topik yang kompleks dan penting dalam psikologi perkembangan. Dua teori yang sangat mempengaruhi pemahaman tentang perkembangan anak  dalam lingkungan  sosial adalah  teori Jean Piaget dan  Lev Vygotsky.Teori Jean Piaget menjelaskan urgensi peran kognisi dalam perkembangan anak. Piaget menggambarkan anak-anak membangun pengetahuannya sendiri  melalui tahapan perkembangan kognitif. Dalam konteks kehidupan  sosial,  teori  Piaget  menyoroti  bagaimana  anak  memperoleh  dan  mengadaptasi pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Anak-anak belajar dengan bereksplorasi, bertanya, dan membangun pengetahuan bersama teman sebaya dan orang dewasa. Sementara itu, Lev Vygotsky  menegaskan  peranan  lingkungan  sosial  dalam  tumbuh  kembang  anak.  Teorinya memperkenalkan  konsep  bidang  perkembangan  nyata,  dimana  anak  dapat  belajar  dari  interaksi dengan orang yang lebih berpengalaman. Dalam kehidupan sosial, Vygotsky mengemukakan bahwa anak dapat mengembangkan keterampilan kognitif dan sosial melalui kerjasama dengan orang dewasa dan teman sebaya. Hal ini memperkuat gagasan bahwa belajar adalah proses sosial yang berlangsung dalam konteks sosial. Kombinasi teori Piaget dan Vygotsky  membantu kita memahami  bagaimana anak-anak  mengembangkan  pemahaman  tentang  dunia  sosial  mereka  dan  bagaimana  lingkungan sosial memainkan peran penting dalam proses ini. Melalui eksplorasi dan interaksi yang terarah dalam kehidupan  bermasyarakat,  anak-anak  dapat  membangun landasan  pengetahuan  dan  keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk berkembang dan menjadi anggota masyarakat yang berkontribusi.
  

 • Perkembangan Kognitif Anak 

      Kognisi  mengacu  pada  proses  berpikir,  yakni  keterampilan  seseorang  untuk mengkorelasikan,  mengevaluasi,  dan  merenungkan  suatu  peristiwa  atau  kejadian,  yang merupakan kapasitas berpikir individu. Proses kognitif berkaitan dengan kapasitas intelektual yang membedakan individu dengan beragam minat dan bakat, khususnya yang berorientasi pada ide dan pembelajaran. Terminologi “Kognitif” berasal dari “cognition”, yang mengacu pada proses  menafsirkan  dan  memahami  informasi.  Kognisi,  secara  garis  besar,  mengacu pada proses perolehan, pengorganisasian, dan penerapan pengetahuan. Gagne mendefinisikan kognisi sebagai  proses internal yang terjadi  di  dalam sistem saraf  pusat  ketika  seseorang  terlibat  dalam  kegiatan  berpikir.  Kognitif  mengacu  pada keseluruhan  kegiatan  mental yang  mencakup  persepsi, pikiran,  memori,  dan pemrosesan informasi. Kegiatan ini memungkinkan individu mendaptkan pengetahuna, mampu mencari solusi atas suatu permasalahan, dan melakuksanakn perencanaan masa depan. Ini mencakup semua  proses  psikologis  yang  terlibat  dalam  belajar,  memperhatikan,  mengamati, membayangkan, memprediksi, menilai, dan memikirkan mengenai lingkungannya. Artinya,  karena  kemapuan  kognitifnya,  anak  memanfaatkan  kemampuan  kognitif untuk  menggunakan  alat  kognitif  untuk  mengobservasi,  membangun  hubungan, mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, dengan tujuan menyelesaikan masalah  secara  efisien  dan  berhasil  serta  memperoleh  tujuan.  Semakin  besar  tingkat rangsangan yang diterima seorang anak dari interaksinya dengan lingkungan berbanding lurus dengan  keterlibatan  anak  tersebut  dengan  dunia  luar,  sehingga  menghasilkan  kecepatan pemrosesan kognitif yang semakin cepat. Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh berbagai aspek, yang dapat dijelaskan yakni:

  a. Hereditas, yang pertama kali dikemukakan oleh filsuf Schopenhauer, menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan sifat-sifat bawaan yang tidak terpengaruh oleh lingkungannya.

 b. Lingkungan,  yang  mengacu  pada  kondisi  dan  pengaruh  eksternal  terhadap individu atau sistem,  merupakan inti dari teori  lingkungan atau empirisme yang dikembangkan  oleh  John  Locke  yang  menyatakan  bahwasanya  manusia  pada dasarnya lahir dengan keadaan polos seperti selembar kertas kosong, tanpa tulisan atau cacat apa pun. 

c. Kematangan,  mengacu  pada  keadaan  suatu  organ  yang  telah  berkembang sempurna dan mampu menjalankan peran spesifiknya. 

d. Pembentukan,  mengacu  pada  variabel  luar  yang  mempengaruhi perkembangan kecerdasan pada seseorang. 

e. Minat  dan  bakat,  yakni  unsur  berpengaruh  yang  memandu  tindakan  menuju tujuan tertentu dan berfungsi sebagai motivasi untuk terlibat lebih aktif dan tampil pada tingkat yang lebih tinggi. 

f. Kebebasan, yang  mengacu  pada  kemampuan  orang  untuk  berpikir  secara  luas, memungkinkan mereka memilih pendekatan  khusus  untuk  pemecahan masalah dan memilih isu berdasarkan kebutuhan masing-masing. 

      Dengan  hasil  kajian  data  yang  di  peroleh  oleh  peneliti  melalui  metode  angket kuesioner  menunjukan  terdapat  beberapa  anak  usia  dini    yang  dalam  perkembangannya dilingkungan masyarakat mendapatkan peraturan-peraturan dari orang tua yang berdampak pada  terganggunya  proses  perkembangan  syaraf  motoric  anak  usai  dini  dikarenakan terbatasnya kesempatan anak untuk mengeksplor banyak hal yang seharusnya bisa dipelajari dan menjadi peran kognitif dalam perkembangan anak. Hal tersebut terjadi  disebabkan oleh para orangtua  ingin anaknya mengetahui tentang hal yang bolah dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh anak. 

• Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget  

       Perkembangan kognitif menekankan pada pembahasan struktur berpikir. Menurut Jean Piaget, pembahasannya sebagian besar berpusat pada struktur kognitif. Dari tahun 1927 hingga  1980,  dia  melakukan  penelitian  ekstensif  dan  menulis  publikasi  tentang  topik perkembangan  kognitif.  Berbeda  dengan  psikolog  sebelumnya,  ia  menegaskan  bahwa perkembangan  kognitif  anak-anak  tidak  hanya  kurang  maju  dibandingkan  orang  dewasa karena  keterbatasan  informasi  mereka,  tetapi  juga  secara  fundamental  berbeda  sifatnya. Merujuk pada studinya, kemampuan individu dalam memperhatikan sains sangat dipengaruhi oleh  tahapan  pertumbuhan  otak  dan  perubahan  terkait  usia  (Laura  A.  King:  152).  Piaget mengajukan  teori  struktur  kognitif  untuk  menjelaskan  proses  dimana  anak  memperoleh konsepsi  tentang  lingkungan  sekitarnya.  (Loward  S. Friedman dan Miriam  W.  Schustack, 2006; 59). Teori Piaget yang dikenal dengan epistemologi genetik bertujuan untuk mengkaji perkembangan  kapasitas  kognitif.  Istilah  "genetik"  dalam  konteks  ini  berkaitan  dengan kemajuan perkembangan dan bukan warisan biologis (Hergenhahn dan Olson, 2010; 325). Menurut Piaget, anak-anak memiliki beberapa skema sensorimotor sejak lahir, yang berfungsi sebagai struktur interaksi awal mereka dengan lingkungan sekitar. Pengalaman awal anak akan dibentuk oleh skema sensorimotorik tersebut. Sederhananya, mereka hanya dapat merespons peristiwa yang dapat dimasukkan ke dalam kerangka mental yang ada, yang disebut skemata. Konsekuensinya, peristiwa-peristiwa tersebut akan menentukan batas-batas pengetahuan dan pemahaman  anak.  Namun,  skema  awal  ini  mengalami  modifikasi  sebagai  akibat  dari pengalaman. Setiap pengalaman terdiri dari bagian-bagian berbeda yang perlu diasimilasikan ke  dalam  kerangka  kognitif  anak.  Dengan  terlibat  dengan  lingkungan,  struktur  kognitif mengalami transformasi, memfasilitasi pengembangan pengetahuan pengalaman seseorang. Namun,  sesuai  teori  Piaget,  proses  ini  ditandai dengan  langkah  bertahap,  seiring  dengan munculnya  skema  baru  secara  konsisten  dari  skema  yang  sudah  ada  sebelumnya. Perkembangan  intelektual  anak,  yang  awalnya  dimulai  dengan  reaksi  refleksif  terhadap lingkungan sekitar, akan berkembang hingga mereka mencapai tahap di mana mereka dapat merenungkan kejadian yang mungkin terjadi dan secara kognitif memeriksa potensi hasil yang mungkin terjadi.

         Interiorisasi menyebabkan munculnya proses kognitif yang membebaskan anak dari keharusan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya, seiring dengan kemampuan bayi melakukan manipulasi simbolik. Perkembangan operasi ini memberikan upaya kompleks pada anak untuk berinteraksi dengan lingkungan, sehingga meningkatkan kapasitas mereka untuk aktivitas intelektual dengan kompleksitas yang bertambah. Karena semakin besarnya kompleksitas  arsitektur  kognitif  anak.  Begitu  pula  dengan  struktur  kognitif  anak yang berperan dalam membentuk lingkungan fisiknya.

      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun