Aksi Para Bintang di Waktu Istirahat
Jam istirahat seperti biasa dari dulu sampai sekarang selalau dinanti. Begitu juga oleh generasi yang konon disebut generasi alfpha (generasi yang lahir  di era digital) antara tahun 2010-2024. Sorak sorai riang gembira menyambutnya.
Mereka segera mencuci tangan kemudian berdoa untuk makan jajananan sehatnya. Kurang lebih 10 menit berlalu jajanan pun sudah mulai kosong di misting.
"Ibu, aku mau merapikan sandal (maksudnya alas kaki)!"
"Aku mau beresin meja bu guru!"
"Aku mau pel, aku mau nyapu aku dan aku mau...!" begitu ungkapan mereka penuh semangat.
Itulah keseruan mereka saat istirahat. Terkadang berebut ingin beres-beres kelas. Lap pel sampai patah karena mereka membersihkan ala-ala mereka.
Diedukasi cara membersihkan kelas sudah disampaikan. Mulai dari menyapu, mengepel, menggunakan alat kebersihan, merapikan peralatan termasuk menyimpan alas kaki.
Namanya anak-anak mereka memiliki keseruan tersendiri. Biarkan saja terpenting tidak boleh melukai teman. Mereka pun terkadang diingatkan oleh sebuah lirik di bawah ini.
     Anak Salih
Anak salih tidak dorong teman
Anak salih tidak pukul teman
Anak salih tidah tendang teman
Anak salih saling menyayangi
Bel masuk pun tak terasa berdentang. Mereka sibuk lapor kepada guru. Melaporkan bahwa kelas sudah rapi dan bersih. Tidak lupa menyebutkan nama-nama siapa saja yang ikut andil membereskan kelas. Â
Aku sebagai guru pasti tidak lupa harus mengapresiasi. Apresiasi yang diberikan berupa kata-kata yang insyaallah membangkitkan semangat mereka. Seperto good job, keren, hebat-hebat anak ibu, dan lain-lain. Pokoknya jempol pun selalu diberikan.
Dari hasil pengamatan ada satu yang membuat mereka berlomba-lomba dalam kebersihan kelas. Ketika pulang diberiakan reward. Siapa saja yang peduli kebersihan maka disilakan untuk pulang duluan.
Inilah yang membuat motivasi mereka. Pulang duluan sebagai apresiasi nyata. Teringat apa yang disampaikan oleh seorang psikolog bahwa, "Reward dan sanksi yang diberikan kepada anak usia SD apalagi kelas 1 harus berbentuk nyata!"
Mereka tak selalu berharap benda. Adanya reward lewat kata-kata motivasi seperti itu sungguh memberikan dampak semangat yang luar biasa. Harapan dari seorang guru semoga mereka dapat membiasakan kegiatan ini dalam keseharian.
Insyaallah seiring waktu pertumbuhan dan perkembangan daya nalar mereka terus meningkat. Mereka terus bisa memahami bahwa kegiatan tersebut banyak sekali pembelajaran yang didapat untuk diri, teman, dan lingkungan. Kegiatan tersebut akan membangun rasa bahagia, menumbuhkan rasa kasih sayang, dan peduli.
Mereka menjadi terbiasa sampai dewasa bahkan akan tumbuh merasa ada yang kurang seandainya tidak melakukan kegiatan tersebut. Mereka akan merasa dirinya terakui dan bangga.
Sebagai guru membimbing harus terus diupayakan diiringi doa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Semoga mereka menjadi generasi yang sehat, kuat, dan mampu menjalani kehidupan penuh optimis atas landasan suatu kebutuhan akan nilai peduli. Tentu niat pertama dan utama mencari rida-Nya. Aamiin.
"Generasi terbaik mampu menjadi bangsa yang maju dan beradab"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H