Sahur Penuh Rasa
Seperti biasa sekitar pukul satu tiga puluh kutrat kotret di atas meja computer mencari sesuatu yang bisa ditulis. Lumayan beberapa alinea terselesaikan. Karena sedang asyik-asyiknya kutrat kotret tak tersa waktu sudah menunjukan pukul 02.45 dini hari.
Aku ingat pesanan putriku Neng Zikrina, "Mah makan sahurnya ingin nasi uduk....boleh kan mah...?"
"Boleh-boleh....say!"
"Bahannya ada mah ...?" Tanya putriku.
"Ada ....tenang aja..!" Jawabku.
"Kapan Mama belinya...?" Tanya putriku.
"Kemarin...masih ada di kulkas...!" Jawabku.
"Tadinya kalau  belum ada Rina ke warung beliin...?" Jawab putriku.
"Habiskan dulu yang ada di kulkas takut mubadzir...!" Jawabku.
"Orang yang suka memubazirkan makanan itu teman syaithan Rin..." Kataku.
Putriku terdiam, kemudian berkata, Sambelnya juga Mah yah...
!"
"Okeh.....!" Jawabku singkat.
Aku segera mensave kutrat kotretku di computer, segera menuju ke dapur, menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak. Â Apa yang ada dalam kulkas yang sesuai dengan tema aku keluarkan. Â
Setelah meracik kemudian membakal beras untuk nasi uduk yang sudah dicampur bumbu. Api dinyalakan, tinggal menunggu pembakalan nasi menyerap airnya.
Ketika mencuci piring terdengar dari masjid sebuah nasyid yang sangat jelas sekali. Rumahku dan masjid cukup jauh karena dapurku masih belum dibangun jadi suara nasyid sangat jelas masuk semua ke dapur. Terasa hidup ini begitu indah dan nikmatnya luar biasa yang Allah beri untukku. Â
Diiringi hembusan semilir angin kecil menyapa kulitku hingga masuk ke tubuh dan ingatanku. Apalagi nasyid yang didendangkan itu nasyid pas aku suka banget, yang berjudul Man Ana.
Tak terasa aku juga ikut nyanyi yang syairnya di bawah ini.
Man ana man ana, man ana laulakum
Kaifa maa hubbukum kaifa maa ahwaakum
Man ana man ana, man ana laulakum
Kaifa maa hubbukum kaifa maa ahwaakum
Maa siwaaya wa laa ghoirokum siwaakum
Laa wa man fii mahabbah alayya wulaakum
Antum-antum muroodi wa antum qoshdii
Laisa ahadun fiil mahabbati siwaakum indii
Kullamaa zaadanii fii hawaakum wajdii
Qultuu yaa saadatii muhtajii tafdakum
Lau qothotum wariidii bihaddi maadlii
Qultu wallahi  ana fii hawaakum roodlii
Man ana man ana, man ana laulakum
Kaifa maa hubbukum kaifa maa ahwaakum
Heem terisap wangi dari bakalan nasi aromanya mulai keluar sedaap sekali. Aku segera lihat ternyata airnya sudah meresap. Kemudian kompor dimatikan.
Bakalan nasi tersebut dimasukkan ke dalam panci untuk dimatengkan. Setelah itu aku kompor dinyalakan lagi. Perkiraan nasi akan matang sekitar 30 menit.
Pasti putra putriku suka banget niih nasi uduk buatanku. Soalnya putriku pernah bilang, "Mah kata teman-teman nasi uduk buatan mama enak sekali, temen yang tak biasa makan banyak sampai nambah makannya..!"