Mohon tunggu...
Nydia Susanto
Nydia Susanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Travel blogger

Travel blogger, mengulas berbagai tempat wisata, restoran, penginapan dalam dan luar negeri yang saya kunjungi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Legendaris, Sehat Alami dan Terjangkau, Inilah 4 Tempat Wisata Kuliner Legendaris di Cikini-Gondangdia, Jakarta Pusat

3 Agustus 2024   03:25 Diperbarui: 3 Agustus 2024   03:33 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
interior Toko Kopi Luwak yang sederhana. Dok pribadi

Wisata Kreatif Jakarta x Country Choice

Pada hari Sabtu lalu, saya mengikuti program wisata kuliner legendaris di kawasan Cikini-Gondangdia, Jakarta Pusat, bersama rombongan Wisata Kreatif Jakarta dan Country Choice. 

Dengan berpakaian serba hijau sesuai dresscode yang ditentukan, kami berkesempatan untuk mencicipi produk terbaru Country Choice secara cuma-cuma selama berwisata, yakni Purify Green. Minuman berkemasan karton warna hijau ini mengandung apel hijau, mangga, broccoli, kiwi dan sereh. Di sinilah kami baru paham mengapa hijau menjadi tema pilihan.

Dengan kombinasi buah dan sayur, jus ini bertujuan untuk melancarkan pencernaan dengan kemasan praktis. Maka sangat cocok untuk dibawa jalan, apalagi salah satu kendala dalam wisata kuliner adalah kelancaran buang air berhubung tidak selalu mudah mendapatkan makanan berserat perjalanan. Dengan kata lain, foodies tak perlu kuatir sembelit nantinya.

Purify Green dari Country Choice. dok pribadi
Purify Green dari Country Choice. dok pribadi

Dari semua komposisi yang ada, rasa kiwi menurut saya yang paling dominan dengan notes manisnya mangga dan rasa zesty dari sereh tanpa jejak rasa sayuran karena sudah disamarkan dengan beragam buah-buahan.

Beranjak dari Gedung Joang '45, kami mengunjungi 4 tempat legendaris yang sudah beroperasi diatas 5 dekade yang dipandu oleh Mutia Azzhara dari Wisata Kreatif Jakarta.

Serunya lagi, kali ini Country Choice traktirin semua jajanan yang kami, para foodies, santap ;)

Toko Roti Lauw

Terletak di kawasan Stasiun Gondangdia, toko ini merupakan toko pertama Roti Lauw yang didirikan oleh Lao Tjoan To atau Junus Jahja di tahun 1940. Pabrik rotinya pun seatap dengan tokonya, namun akhirnya pindah ke Pulo Gadung berhubung lingkungan di sekitarnya semakin padat.

interior Roti Lauw. dok pribadi
interior Roti Lauw. dok pribadi

Sebelumnya, penjualan roti ini mengandalkan para pedagang gerobak untuk memperluas jangkauan konsumen. Kini tersedia toko daring melalui Tokopedia, selain di toko.

Roti gambang merupakan produk khas Roti Lauw yang sulit ditemukan di tempat lain. Dengan bentuk persegi panjang warna coklat, tekstur yang lebih padat cenderung bantet dan keset, rasa roti ini lebih manis dan sedikit asin.

Konon, roti gambang dulu menjadi kudapan para pejuang kemerdekaan. Namun hal tersebut belum terbukti kebenarannya.

roti gambang. dok pribadi
roti gambang. dok pribadi

Tentunya, roti-roti putih yang lebih familiar juga tersedia, di mana rasa coklat keju termasuk yang terlaris. Selain itu ada rasa keju, coklat mocha, coklat pisang, coklat, nanas dan sosis.

Saya memilih rasa coklat mocha sebagai traktiran dari Country Choice. Menurut saya, menyantap roti Lauw terasa benar-benar makan roti karena mengenyangkan berkat tekstur padatnya, sehingga tidak terasa makan angin.

tampak depan Roti Lauw. dok pribadi
tampak depan Roti Lauw. dok pribadi

Sebab Roti Lauw tetap menerapkan resep original yang tidak menggunakan pengawet dan obat-obat pengempuk. Harganya pun terjangkau, mulai dari Rp. 6000 saja sudah dapat santapan sedap yang aman untuk badan.

Jamu Warisan

Jamu Warisan berada di dalam Pasar Gondangdia. Tokonya sederhana seja seperti kiosk jamu pada umumnya tanpa tempat duduk dan meja untuk memanjakan konsumen, namun namanya sudah legendaris di bidangnya.

Dibuka sejak tahun 1965, Jamu Warisan merupakan bisnis keluarga yang berasal dari Yogyakarta sebelum akhirnya pindah ke Jakarta. Bisnis tersebut kini dikelola oleh Ibu Rini yang berlatar belakang pendidikan herbalis di Karya Sari, sekaligus generasi kedua dari keluarga pendiri jamu tersebut.

Tak sampai situ saja, Ibu Rini sudah mempersiapkan generasi ketiga yang akan melanjutkan usaha tersebut, yang tak lain daripada anaknya sendiri.

Ibu Rini dan foto bersama Jokowi. dok pribadi
Ibu Rini dan foto bersama Jokowi. dok pribadi

Pada bagian dalam toko, Ibu Rini memajang foto dirinya yang bersebelahan dengan Presiden Joko Widodo ketika hadir dalam pembukaan Pasar Gondangdia tahun 2014 silam. Foto tersebut menjadi sorotan utama setiap kali ada kunjungan dari komunitas traveler yang berwisata kuliner.

Masing-masing dari kami dibagikan sebotol Jamu Rimpang Segar yang menjadi produk andalan Jamu Warisan. Terbuat dari kunyit, sereh dan jahe, jamu ini mempunyai beberapa khasiat kesehatan secara umum, mulai dari mengatasi vertigo hingga sakit perut saat datang bulan bagi wanita. Khasiatnya terasa setelah meminumnya sehari 2 kali setiap harinya.

Jamu Rimpang Segar. dok pribadi
Jamu Rimpang Segar. dok pribadi

Bagi saya yang bukan peminum jamu, rasa Jamu Rimpang Segar tergolong medok dan asli banget rasanya. Maklum, mungkin saya lebih sering minum jamu kekinian di cafe dalam mall yang lebih ringan dan bisa diminum sembari iseng-iseng untuk melepas dahaga. Menurut peserta lainnya, jamu gendong mbok-mbok lebih pahit rasanya.

Produk laris lainnya adalah beras kencur, temulawak dan kunyit asem. Sampai sekarang Ibu Rini masih meracik jamu-jamu tersebut walaupun anaknya ikut membantu. Telapak tangannya yang kekuningan warnanya merupakan bukti konkretnya sebagai pejamu sejati. Selain itu, ia juga menerima pesanan jamu sesuai selera dan keluhan kesehatan konsumennya.

Jamu Warisan, Pasar Gondangdia. dok pribadi
Jamu Warisan, Pasar Gondangdia. dok pribadi

Dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas, Ibu Rini mengaku tidak mampu membuat jamu terlalu banyak untuk mengejar pasar lebih luas. Maka Jamu Warisan tidak punya toko online dan tidak titip jual ke restoran dan warung-warung lainnya.

Dibanderol Rp. 15.000 saja per botol, setiap orang dapat hidup sehat dengan minuman alami tanpa pengawet dan pemanis buatan.

Toko Kopi Luwak

Jangan terkecoh dengan nama Kopi Luwak pada toko ini karena tidak menjual kopi luwak sama sekali. Beroperasi sejak tahun 1930, toko kopi ini dulunya bernama Toko Cap Burung Kenari. Pak Lunardi Valanchie atau Xu Yilun mengatakan bahwa nama tersebut disematkan pada toko rintisan ayahnya karena dulunya ia memelihara burung kenari.

Sejak tahun 1970-an, pria yang akrab dipanggil Pak Yilun ini meneruskan usaha ayahnya, yang menjadikannya generasi ke-2 dalam keluarga. Kopi Luwak pun dijadikan nama toko menggantikan Kenari, yang dinilai lebih menjual karena popularitasnya saat itu ketika tokonya buka kembali tahun 2014 setelah kebakaran hebat.

interior Toko Kopi Luwak yang sederhana. Dok pribadi
interior Toko Kopi Luwak yang sederhana. Dok pribadi

Ia sempat merasakan kejayaan bisnisnya hingga merk-merk kopi lain bermunculan, termasuk kopi instant, yang menenggelamkan namanya. Namun, ia mengaku tetap dengan sabar berjualan di usia senja untuk menyambung hidup dengan profit sekitar Rp. 100.000-an per hari untuk makan.

Menggaji pegawai dinilainya menggerus keuntungannya yang tidak banyak. Maka ia bekerja seorang diri dan tak mampu melayani penjualan online atau mendistribusikan produknya ke toko atau restoran lain.

mesin giling berusia 50 tahunan. dok pribadi
mesin giling berusia 50 tahunan. dok pribadi

Kopi andalannya adalah kopi robusta dari Lampung, yang dibanderol mulai dari Rp. 120.000 per kilo. Kami mendapatkan sample kopi robusta hasil gilingan Pak Yilun yang aromanya begitu wangi hingga menembus kemasan kertas coklat dan plastiknya.

Mesin giling kopi milik Pak Yilun pun tergolong ikonik yang sudah dipakainya sejak tahun 1970-an dengan suara mesin diesel yang menggelegar meramaikan seluruh ruangan.

Selain itu, toko kopi ini juga menawarkan kopi arabika dan kopi jagung, alias oplosan kopi biasa dan jagung yang disangrai hingga hangus sebagai alternatif ngopi murah.

ramah melayani pelanggan. dok pribadi
ramah melayani pelanggan. dok pribadi

Es Krim Tjanang

Merk es krim ini memang kurang familiar di kalangan muda, namun Es Krim Tjanang pernah menjadi favorit Presiden Soekarno. Presiden pertama di Indonesia ini bahkan pernah memesannya dalam jumlah besar untuk menyambut peserta olimpiade tandingan yang dibentuknya, Games of New Emerging Forces (Ganefo), tahun 1963 di Jakarta.

Es Krim Tjanang, yang dulu bernama Tjan Njan, dibangun tahun 1951 oleh Lie Sim Fie. Kini usaha es krim ini dilanjutkan oleh Yenni Lie, yang merupakan generasi kedua keluarga Lie Sim Fie.

Ketatnya persaingan usaha dengan es krim buatan industri besar mempersulit Es Krim Tjanang mempertahankan usahanya. Akhirnya toko es krim ini tutup permanen dan tanahnya digunakan untuk membangun Hotel Cikini, yang masih milik keluarganya.

lobby Hotel Cikini dan freezer es krim Tjanang. dok pribadi
lobby Hotel Cikini dan freezer es krim Tjanang. dok pribadi

freezer es krim Tjanang. dok pribadi
freezer es krim Tjanang. dok pribadi

Pengunjung yang ingin mencicipi rasa nostalgia es krim Tjanang dapat menikmatinya di dalam Hotel Cikini, di mana terdapat freezer box khusus menyimpan produk tersebut di lobby. Di situlah juga terpajang foto jadul kedai es krim Tjanang saat masih jaya, dengan Lie Sim Fie berpose di depannya.

foto jadul kedai Tjanang. dok pribadi
foto jadul kedai Tjanang. dok pribadi

Rasa durian dan kopyor merupakan favorit sejak dahulu, yang dibanderol Rp. 15.000 per cup. Namun saat kunjungan, kami tidak dapat banyak memilih karena mayoritas sudah habis. Dengan opsi sisa yang ada, akhirnya saya mencoba rasa rum raisin.

Saya akui rasa rum pada rum raisinnya lumayan terasa wanginya di mulut, yang cita rasanya berpadu harmonis bersama kismisnya. Dengan tekstur es puter yang lebih cenderung crunchy dan tak selembut es krim modern, es krim rum raisin a la Tjanang menjadi keunikan sendiri yang tak terlupakan.

es krim rum raisin. dok pribadi
es krim rum raisin. dok pribadi

Pada dasarnya, penggunaan resep warisan keluarga, bahan alami berkualitas tinggi tanpa bahan kimia, harga terjangkau, kunjungan komunitas serta beragam liputan media sosial dan berita online menjadi kunci keberlangsungan keempat toko kuliner legendaris yang kami kunjungi.

Games and Prizes

Disamping jalan-jalan, program kuliner dimeriahkan dengan beragam quiz berhadiah yang ditanggapi dengan antusiame tinggi oleh para pesertanya, baik di awal maupun di akhir acara. Pastinya, ketemu teman-teman baru yang mengasyikkan menjadi bonus tak ternilai dari trip ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun