Namun seulung-ulungnya Si Pitung, ia akhirnya berhasil ditembak mati dengan peluru emas dari senjata milik AMV. Hinne, kepala polisi karesidenan Batavia.
Tidak ada 1 bidikan kamera pun yang menunjukkan wajah asli Robin Hood van Batavia ini walaupun ceritanya meluas di mana-mana.
Tapi bukti keberadaannya tercantum dalam media berbahasa Belanda, misalnya De Telegraaf melalui artikel bertajuk "Een Gevreesde Bandiet", yang berarti Seorang Bandit yang Ditakuti.
Sedangkan, mengenai rumah panggung berbahan kayu ulin yang diberi nama "Rumah Si Pitung", sebetulnya bukanlah milik Si Pitung. Melainkan seorang saudagar kaya dari Bugis bernama Haji Safiudin.
Si Pitung hanya menggunakan rumah tersebut untuk bersembunyi dari pihak kepolisian Belanda yang terus-menerus mengejarnya.
Dikabarkan bahwa Haji Safiudin dan Si Pitung adalah sahabat baik. Untuk menutupi kecurigaan bahwa rumah tersebut menjadi tempat persembunyian, keduanya merancang plot supaya Si Pitung merampok rumah saudagar kaya itu.
Keturunan terakhir dari Haji Safiudin masih tinggal di rumah panggung kakek buyutnya hingga ia menjualnya kepada pemerintah untuk dijadikan objek wisata bersejarah.
Sejak tahun 1993, rumah panggung bergaya Bugis dari kayu ulin itu diresmikan sebagai cagar budaya.
Pada tahun 2020, rumah Si Pitung direnovasi dengan lantai ubin ditinggikan 4 meter supaya tidak kena banjir. Bagian-bagian rumah yang mulai rusak termakan usia digantikan dengan kayu jati karena harga kayu ulin yang semakin mahal.