Mohon tunggu...
Adexfree
Adexfree Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah ruang untuk berbagi

Simplicity

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Suka Duka Menjadi Seorang Trainer

29 Agustus 2019   10:40 Diperbarui: 19 April 2021   09:43 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan secara kontinyu.. Karena tiap tahun selalu diadakan kongres ataupun pertemuan dengan trainer dari seluruh Indonesia untuk mengembangkan modul-modul pelatihan. Kitajuga akan bertemu para pakar yang memang ahli dibidangnya masing-masing.

2. Menambah banyak teman. Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten kota dan provinsi, otomatis setiap waktu jangkauan pergaulan social akan semakin luas. Ditambah lagi kalau ada Training Of Trainer, dimana seluruh trainer dan calon-calon trainer dari berbagai penjuruIndonesia berkumpul, duhhh...rasanya unbelievable.

3. Tidak dipungkiri lagi kalau menjadi trainer ini bisa mendatangkan income yang lumayan. Tapi bukan berarti materi menjadi tujuan utama ya. Karena trainer ini ada beberapa tingkatan , mulai dari co trainer, advance trainer hingga master trainer. Dan pendapatannya sesuai dengan leveltrainer tersebut.

4. Menjadi trainer itu bisa travelling juga loh karena training bisa diadakan dimana saja, dari aceh sampai papua.

Selain sukanya, pasti ada juga duka yang ditemui selama menjadi trainer.

1. Peserta trainer yang begitu beragam, dan memiliki karakter berbeda-beda menuntut kita untuk lebih jeli dalam menyampaikan materi yang disampaikan. Tidak jarang peserta training adalah orang yang secara akademisilevel pengetahuannya jauh di atas para trainer,tapi seorang trainer harus bisamengakomodir dengan bijaksana jika peserta training ini merasa dirinya lebihbaik dari trainernya.

2. Peserta trainer harus memilki pribadi yang sabar dan tidak boleh marah dengan peserta training. Karena kadang-kadang kita akan menemukan peserta trainer yang boleh dikatakan minus dari segi ilmu pengetahuan dan keterampilan. Itulah tantangannya menjadi seorang trainer, trainer harus mampu menjadikan peserta trainingnya jauh lebih baik dari sebelumnya.

3. Trainer harus menjadi manager yang baik pada saat peserta trainingnya uji coba ke lapangan. Di lapangan kita sering menemukan pesertatraining yang pemalas, sehingga pada saat praktek lapangan dia tidak ada di tempat. Kita harus bisa mengatasi masalah ini, kalau kita gagal artinya kita gagal menjadi seorang trainer.

Demikianlah segelintir kisahku menjadi seorang trainer, semoga bisa menjadi wacana bagi yang baru mau mulai menjadi trainer ataupun ilmu tambahan sedikit bagi yang telah menjalani profesi ini.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun