Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Beli Buku tapi Tidak Pernah Dibaca

29 November 2019   17:35 Diperbarui: 29 November 2019   19:40 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membeli buku tapi tidak membaca (Ilustrasi: pixabay.com)

"Jangan dibuang, nanti mau aku baca lagi"

Siapa yang pernah menolak koleksi bukunya dibuang atau didonasikan karena ingin membaca ulang? Saya salah satunya, bahkan buku-buku sekolah atau kuliah zaman dulu. 

Rasanya sayang sekali kalau dibuang, mengingat pada saat itu sudah bersusah payah untuk mencatatnya dengan rapih, dan kalau dibaca sekilas, saya merasa akan membutuhkan informasi ini suatu saat nanti.

Selain buku-buku, lembaran-lembaran materi pelatihan atau workshop yang saya ikuti pun menumpuk di rumah dengan harapan saya akan memerlukan materi ini lain kali jika dibutuhkan. 

Kadang (atau malah sering) saya merasa ada yang terlewat ketika pelatihan, jadi, naskah-naskah pelatihan ini lah yang akan menjadi kunci untuk menemukan poin-poin penting yang disampaikan oleh pelatih.

Nasib serupa pun terjadi pada buku-buku yang belum dibaca, bahkan belum dibuka plastik pelindungnya dari toko. Rencana "untuk dibaca nanti" pun tidak akan pernah terwujud.

Hal ini kerap terjadi pada saya yang kalap ketika mengunjungi pameran buku yang menawarkan harga sangat murah, sehingga bisa membeli buku dari belasan hingga puluhan buku. Pas sampai rumah, buku itu pun seolah terlupakan karena bingung mau membaca yang mana terlebih dulu.

Menurut Marie Kondo, pakar "beres-beres" asal Jepang, mengungkapkan bahwa buku-buku tersebut harus segera disingkirkan. Selain menghabiskan tempat di rumah, buku-buku tersebut tidak menimbulkan kesenangan (spark joy). Lain halnya jika memang buku itu menimbulkan kebahagiaan, sehingga terkadang kita ingin membuka lembaran-lembaran halamannya untuk membangkitkan kesenangan tersebut. Kita bisa menyimpannya.

Apakah lembaran-lembaran materi pelatihan dapat menimbulkan kesenangan? Saya yakin tidak. Namun, saya menyimpannya karena informasi yang didalamnya menjadikan naskah tersebut "mahal" seharga dengan tarif pelatihannya. Padahal, ketika memerlukan informasi tersebut, saya hanya googling yang sudah pasti cepat menemukan bahan yang saya butuhkan dibandingkan dengan membuka kembali kopian materi workshop yang saya ikuti.

Kenapa "nanti-nanti" tidak akan benar-benar terjadi?

Pada suatu hari di toko buku, saya melihat judul menarik di salah satu cover buku. Kemudian, dengan semangat membawanya ke meja kasir untuk membelinya.

Namun, rencana saya untuk membaca buku itu selalu tertunda-tuda sehingga kegembiraan yang muncul pada saat membeli buku tersebut sudah hilang dan pada akhirnya saya sudah tidak tertarik lagi dengan buku tersebut walaupun ingin membacanya karena sayang sudah dibeli. Bahkan jika buku itu terselip di suatu tempat, saya mungkin tidak ingat memiliki buku tersebut.

Alasan lainnya karena kita membeli terlalu banyak buku, sehingga hanya 1 atau 2 buku saja yang berhasil dibaca. Namun kemudian kita sudah membeli buku baru lagi yang kegembiraannya masih full.

Buku mana yang akan dibaca? Yang lama belum dibaca atau yang baru dibeli? Apakah kita tidak kasihan terhadap nasib buku tersebut padahal ia sangat ingin dimanfaatkan? Ingat, buku tersebut tidak mesti dimanfaatkan oleh yang membelinya, tetapi bisa oleh orang lain yang mau membacanya. Jadi ikhlaskanlah.

Setelah membuang semua hal yang tidak menimbulkan kegembiraan, saya mulai berpikir bahwa membeli buku secara berlebihan akan berakhir pada tidak dibacanya buku itu. Belilah buku seperlunya. Memang, pameran buku murah tidak sepanjang tahun bisa ditemui. Namun menurut saya, jika memang buku itu sangat menarik dan menimbulkan kegembiraan, harga sepertinya tidak jadi masalah.

Kunjungi perpustakaan
Orang beranggapan bahwa hobi membaca itu mahal karena selalu ingin membeli buku baru. Kenapa tidak mencoba meminjamnya ke perputakaan? Jaman sekarang, perpustakaan tidak melulu tentang pelajaran.

Bahkan pada masa saya kuliah dulu, ada satu baris rak buku yang isinya buku novel-novel, komik-komik, atau buku populer lainnya. Karena biasanya di perpustakaan ada jangka waktu peminjaman, saya mau tak mau harus membaca secepatnya agar tidak kena denda. Hal ini juga membantu saya untuk memenuhi target satu buku satu minggu.

Tulis di blog
Saya baru sadar akhir-akhir ini ketika saya membuka blog pribadi saya, ternyata dulu saya suka sekali meresensi buku. Mungkin ini tidak bisa dibilang resensi buku, karena isinya tidak sesuai dengan kaidah resensi, tetapi lebih kepada kesan dan informasi yang saya dapatkan dari buku yang saya baca. Bertahun-tahun berlalu kemudian saya membuka artikel blog saya kembali, bahkan saya lupa pernah membaca buku itu.

Tetapi, ketika saya baca kembali artikel resensi buku yang telah saya tulis, saya seolah telah memanggil kembali memori saya terkait buku tersebut. Dengan begitu, saya tidak perlu lagi membaca ulang buku tersebut dan tidak membutuhkan fisik bukunya lagi.

Ketika semua buku yang kita miliki hanya yang menimbulkan kegembiraan, maka informasi-informasi baru pun akan mudah berdatangan mengisi kegembiraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun