Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Metode BLW Memberikan Makan tanpa Paksaan

5 Februari 2018   14:52 Diperbarui: 6 Februari 2018   05:29 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
istimewa (krjogja.com)

Kadang saya suka kagum sendiri sih melihat Kana di umurnya yang ke 18 bulan bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok ataupun garpu, duduk bersama ayah dan ibunya makan bersama.

Pada awalnya, saya sedikit khawatir dengan menggunakan metode Baby Led-Weaning (BLW) ini. Bukan karena metodenya yang masih kontroversial, tetapi karena Kana sehari-harinya diasuh bukan oleh ibunya. Tetapi dengan berjalannya waktu ia mampu belajar (ingat bayi anda adalah peniru yang luar biasa) dan pada akhirnya saya bisa dengan tenang makan bersama tanpa disibukan menyuapi Kana terlebih dahulu. 

Saya mengetahui buku ini dari seorang teman di Instagram yang memperkenalkan metode BLW. Buku karya Gill Rapley dan Tracey Murkett ini menjadi buku wajib bagi para ibu yang ingin memulai petualangan makan anaknya dengan metode BLW. Kenapa saya tertarik dengan metode BLW? Pertama adalah bayi tidak harus makan bubur. Yang saya tahu sebelum mengenal BLW adalah, bayi harus makan bubur. Nasi, sayur, dan lauk pauk diblender kemudian disaring, lalu disuapi ke bayi mereka.

Jujur, saya dari dulu merasa eneg kalau lihat makanan bayi tersebut. Mungkin awalnya mereka senang, karena mereka baru merasakan makanan jenis lain selain susu. Tapi, apakah mereka tidak bosan diberi makanan yang rasanya hampir sama seperti itu? Yang kedua adalah ingin sekali anakku bisa makan sendiri.

Melihat gambar-gambar dan video anak-anak yang menerapkan BLW, makan sendiri dan sangat menikmati makanannya rasanya bangga sekali. Dan yang terakhir adalah alasan bahwa bayi berhak menentukan makanan apa yang mereka ingin makan, seberapa banyak, dan menikmati makannya adalah yang terpenting.

dok pribadi
dok pribadi
Tidak begitu saja metode ini dapat diterapkan. Beberapa kriteria yang menurut Rapley dan Murkett harus dipenuhi dan menjadi tanda-tanda bahwa bayi siap menerima makanan padat. Pertama adalah bayi mampu duduk sendiri atau dibantu (dipangku dalam posisi duduk).

Posisi ini penting agar bayi tidak mudah tersedak. Tanda yang kedua adalah ia mampu menjangkau benda/makanan dan memasukannya tepat ke dalam mulutnya. Dan yang terakhir adalah bayi mampu membuat gerakan seperti mengunyah makanan. Masing-masing bayi memiliki tahapan-tahapan berbeda dalam mencapai tanda-tanda siap menerima makanan padat. Namun, umur yang disarankan adalah 6 bulan dimana rata-rata bayi sedang melewati tanda-tanda tersebut. 

Tidak usah stres jika bayi anda makan sedikit/tidak mau makan sama sekali

Saya sangat menyayangkan orang tua yang memaksa anaknya untuk makan. Mereka disuapi dengan paksa, dipenuhi dengan rayuan/dibohongi ("satu suap lagi", "buka mulutnya, ada kereta lewat", "itu liat ada burung terbang, aaaa"), sering makan di luar (sambil jalan-jalan, digendong, dan putar-putar komplek), dan yang paling parah dengan teriakan atau kontak fisik. Bagaimana bayi mau makan jika ia ingat makan maka ia langsung teringat hal-hal tidak menyenangkan seperti tadi? Jadi, hindarilah metode-metode yang tidak jelas tersebut. 

Bayi berumur 6 bulan hanya memerlukan ASI/susu formula, namun kita perlu mengenalkan makanan padat untuknya. Karena belum menjadi kebutuhan utamanya, tidak apa-apa jika bayi masih bermain-main dengan makanannya. Mungkin bayi akan memasukan makanan ke mulut lalu mengeluarkannya lagi, atau makanan hanya dipukul-pukul di meja makan, atau meremas makanan tersebut hingga hancur. 

Pada tahap inilah ia belajar mengasah motorik halusnya dengan memperkenalkan tekstur-tekstur makanan dan bagaimana cara menanganinya. Mungkin lantai/karpet anda akan kotor, tapi anda akan terkejut jika tumpahan makanan tersebut lama-kelamaan akan berkurang karena bayi anda mulai makan dengan lahapnya. Selain itu, bayi pun akan bahagia mengenal makanannya dan mereka dapat berhenti dengan sendirinya ketika mereka sudah merasa kenyang. 

“Tidak ada wadah yang dipenuhi anak Adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengkonsumsi beberapa suap makanan untuk menguatkan tulang rusuknya. Kalau memang tidak  ada jalan lain (memakan lebih banyak), maka berikan sepertiga untuk (tempat) makanan, sepertiga untuk (tempat) minuman dan sepertiga untuk (tempat) nafasnya." (HR. Ahmad, Tirmizi, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam kitab shahih Tirmizi, no. 1939)

Bagaimana jika dia tidak mau makan sama sekali? Saya juga pernah mengalami, bahkan di umur Kana yang sudah lebih dari satu tahun, tidak mau makan sama sekali. Momen-momen tersebut bisa karena dia mau tumbuh gigi, sedang sakit, atau memang sedang tidak mau saja. 

Tetapi saya tidak mau memaksanya makan karena takut trauma dan menjadi benci terhadap makan. Biarkan saja. Kita bisa menambah asupan susunya, sering menawarkan makanan yang berbeda, atau menyediakan snack kesukaannya. Ingatlah, hal tersebut wajar dan besok atau beberapa hari kemudian ia akan mendapatkan nafsu makannya kembali. 

Biarkan bayi anda yang menentukan! 

Sadarkah kita bahwa mungkin kita terlalu memaksa bayi kita untuk menentukan apa yang ia butuhkan. Ini tentunya akan membuatnya tidak nyaman dan cenderung menolak apa yang kita diberikan.

Inilah saatnya kita memberikan kepercayaan kepada bayi umur 6 bulan untuk mengatasi makanannya sendiri dan berikan pengalaman yang menyenangkan dan akan diingat olehnya (paling tidak ia akan merasakan) hingga dewasa nanti.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun