Pada jam 14:30 melalui citra radar BMKG kami melihat satu sel awan potensial yang berada di atas kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Ukurannya memang tak seberapa, tapi kami ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Maklumlah kemarin kami tidak melihat satu sel pun awan untuk disemai di atas daratan Kalimantan Barat. Sang pilot Kapten Deharday langsung berkoordinasi dengan crew casa untuk mempersiapkan penerbangan. Saya pun langsung mempersiapkan diri, GPS, antena, form penerbangan, dan jangan lupa oksigen kaleng di masukan ke dalam tas.
Saya percepat langkah menuju apron sambil membawa tas terbang, di sana sudah berkumpul para crew pesawat yang mengenakan wearpack hijau. Saya sempat melihat kondisi jarak pandang di sekitar taxiway Supadio. Lumayan jika dibandingkan dengan tadi pagi yang mencapai 200 meter. Hal tersebut terbukti karena pesawat sipil Lion baru saja melintas di depan mata saya. Rupanya baru landing.
Kapten Deharday, Lettu Awan, Letda Fatur, dan crew-crew lainnya sudah berkumpul. “Heading ke 30 derajat, Capt” kata Mas Alfan sebagai rekan flight scientist saya. “Siap” jawab sang kapten. Bang Harday, begitu saya memanggilnya, memimpin doa agar segala sesuatunya lancar. Tepat jam 14:45 kami naik pesawat Casa A2105.
Bang Harday sempat terheran-heran dengan kejadian ini. Sebelum naik ke pesawat, informasi visibility mencapai 1.600 meter di Bandara Supadio. Tentunya ini sudah cukup untuk take off dari bandara. Saat mesin sudah dinyalakan, Bang Harday sempat melihat visibility mulai berkurang “Kok pekat ya?” katanya. Ia pun langsung menanyakan kepada pihak bandara berapa tingkat visibility sekarang. Jawaban yang didapat adalah 800 meter. Mesin masih menyala. Tapi, lama kelamaan sang pilot merasa visibility semakin rendah. Benar saja. Dari pihak bandara menyatakan close karena visibility sekarang mencapai 300 meter. Mesin dimatikan.
Dampak yang sudah jelas terasa jika terpapar asap kebakaran dalam waktu lama adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Penyakit ini memerlukan penangan yang cepat agar tidak berlanjut ke kondisi yang lebih parah. (http://www.alodokter.com/ispa)
Asap kebakaran hutan dan lahan tidak mengenal batas administrasi. Walaupun luas hutan dan lahan yang dibakar sudah dibatasi sedemikian rupa agar api tidak menyebar kemana-mana, tetap saja asap tidak acuh. Ia akan menyebar meluas mengikuti dewa Anemoi untuk bermigrasi ke tempat lain. Dampak yang disebabkan pun tak hanya daerah sekitarnya. Tetapi wilayah yang jauhnya hingga beratus-ratus kilometer. Banyak orang yang dirugikan. Oleh karena itu, lebih baik jika kita bantu mengingatkan dampak kebakaran kepada orang-orang yang ingin membakar hutan dan lahan dan segera laporkan jika ada yang membakar hutan dan lahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H