Teknologi modifikasi cuaca memang memerlukan kondisi cuaca yang mendukung seperti pasokan uap air, kelembaban udara, radiasi yang cukup, suhu udara, dan unsur-unsur meteorologi lainnya. Kondisi-kondisi yang mendukung tersebut biasanya terdapat pada musim hujan, karena unsur-unsur cuaca mampu membuat awan-awan potensial seperti awan cumulus.Â
Satu inti kondensasi yang disemai akan mengikat jutaan droplets sehingga ketika cukup besar dan massanya bertambah akan turun sebagai presipitasi. Namun, bagaimana dengan kegiatan TMC yang dilakukan untuk menanggulangi bencana asap, kebakaran hutan, dan lahan yang umumnya terjadi pada musim kemarau seperti saat-saat ini? Efektifkah?
Namun sayang, karena pasokan uap air yang kurang, maka awan yang terbentuk hanya kecil saja atau bahkan clear, tidak terbentuk apa-apa. Begitu juga jika penyemaian dipaksakan di sekitar hotspot, bukannya terbentuk awan, garam-garam yang ditabur malah jatuh kembali.Â
Hal tersebut karena asap yang banyak juga berkompetisi untuk mengikat air di udara, sedangkan udara di sekitar kebakaran kering (tidak ada uap air). Maka garam yang disemai pun tak dapat apa-apa.
Maka, untuk kegiatan TMC mungkin bisa dikatakan kurang tepat untuk mematikan titik-titik api yang ada di suatu wilayah. Tapi cukup efektif untuk membersihkan langit dari pengaruh asap sehingga visibility bertambah, lalu lintas penerbangan tidak terganggu, penyakit gangguan pernapasan seperti ISPA berkurang, Â dan lain sebagainya.Â
Namun, tidak menutup kemungkinan jika TMC dilakukan di wilayah yang terdapat hotspot. Jika unsur-unsur cuaca mendukukung, sel-sel awan bisa memungkinkan terbentuk di  wilayah yang terdapat hotspot.
Salah jika pemerintah tidak bekerja
Kemarin pagi ketika akan berangkat menuju posko satgas TMC di Lanud Supadio, Kalbar dalam upaya penanggulangan bencana asap, kebakaran hutan dan lahan, saya mendengar opini dari pemirsa di salah satu televisi swasta bahwa pemerintah tidak bekerja dalam menanggulangi kekeringan, asap, kebakaran hutan dan lahan. Sontak hati saya merasa sakit karena yang sedang saya lakukan sejak sebulan lalu disini seolah-olah tidak ada apa-apanya. Nihil.Â
Kami (BPPT) di sini memang diutus oleh BNPB dan BPBD untuk menanggulangi bencana yang sedang terjadi. Â Bukan hanya di televisi, tetapi masyarakat sekitar pun mencemooh karena tidak terlihat hasil kerja dari TMC malah bertambah parah. Ya sudah lah, biarlah orang berkata apa karena mereka tidak mengetahui. Yang penting tetap semangat demi kemaslahatan warga sekitar Kalimantan Barat.
Sekitar jam 1 siang saya bersiap untuk naik pesawat Casa A2105, rencana penerbangan heading to six zero until one two zero. Engine on. Sudah 20 menit berlalu namun pesawat belum memasuki runway. Ternyata traffic di Bandara Supadio masih sibuk.Â