“Hujan pak, tadi seeding disini ya?” kata pak asep yang sedang menyetir membawa kami menuju hotel di Jalan Jend. Basuki Rahmat, Palembang. Lalu saya, teman flight scientist, beserta koordinator lapangan dalam mobil hanya diam membisu...
Pertanyaan ini sebenarnya bukan pertanyaan pertama yang kami dengar. Paling tidak saya yang masih personel baru saja sudah beberapa kali mendengar pertanyaan itu dari orang-orang yang mengetahui kegiatan kami seperti supir, tukang bersih-bersih, tukang es, tukang angkut, dan tukang-tukang lainnya. Pertanyaan ini juga bukan pertanyaan yang sulit, hanya saja kami merasa sulit untuk menjelaskannya.
Beruntuntunglah, awan hilang satu, tumbuh beberapa gundukan awan. Casa Blanca pun meliuk-liuk diantara tumpukan awan untuk menebar butiran-butiran NaCl yang akan membantu proses penumbukan air di udara. Dibantu dengan angin dari tenggara yang akan meneruskan garam ke dalam awan. Segala potensi telah kita usahakan setelah itu, biarlah alam yang bekerja.
Kembali lagi pada pertanyaan Pak Asep, setelah diam beberapa detik akhirnya koordinator lapangan kami angkat bicara. “Susah untuk menjelaskan apakah lokasi awan yang kami seeding akan sama dengan lokasi dimana hujan turun. Karena kita bekerja pada alam, dimana banyak ketidakpastian di sana” Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan kami, apakah angin membawa awan tersebut ke tempat lain, atau memang awannya kurang potensial, atau Tuhan memang belum berkehendak.
Alhamdulillah akhir-akhir ini beberapa daerah di Sumatera Selatan diguyur hujan. Tadi pagi Pak Beny dari BMKG Palembang mengatakan adanya perbedaan arah angin dari lapisan 5000 feet dari arah tenggara dan 10 ribu feet dari arah barat sehingga terjadi “koyakan” massa udara di atas Provinsi Sumsel. Dengan kondisi tersebut, terdapat kemungkinan terbentuk awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan. Kita tinggal lihat bagaimana awan-awan terbentuk nanti. Semakin siang, kumpulan awan pun mulai terbentuk, berharap di ketinggian 8000 feet nanti kami dapat melihat awan-awan potensial. Jika berhasil, dampak kemarau dapat berkurang, air mulai memasuki sungai-sungai, danau, embung-embung, tanah yang kering sehingga dapat diserap oleh tanaman-tanaman, titik api dapat dipadamkan, dan asap kebakaran hutan dapat dihindari. Ayo kita terbang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H