Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menabur Garam di Garis Cakrawala

7 Juli 2015   12:09 Diperbarui: 18 September 2019   13:57 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BNPB, BPPT, BMKG, Kehutanan, Pemprov, BPBD, TNI AU, dan lain-lain mengerahkan segenap kemampuan masing-masing bekerja sama untuk menuntaskan kebakaran hutan yang terjadi di Prov Riau. 

Kebakaran hutan ini selain karena faktor alam, utamanya adalah akibat kegiatan manusia yang sengaja membakar hutan untuk membuka lahan. Hal tersebut karena membakar hutan adalah hal paling mudah dan murah untuk membuka lahan. 

Bukan berarti peraturan tidak ada, tapi masyarakat lebih pintar dari peraturan itu. Mereka bisa saja menggunakan tikus yang dibakar ekornya kemudian di lepaskan di hutan sehingga api dengan mudah menyebar. Dan masih banyak lagi cara-cara licik yang mereka lakukan.

Penyemaian awan dengan saudara kecil pesawat Hercules 

“Kemungkinan hari ini ada awan potensial, bisa dilakukan seeding” begitulah kata korlap kegiatan TMC

Setiap hari pantauan satelit dan pengukuran cuaca setiap jam dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perkembangan awan. Ya, kami akan melakukan kegiatan modifikasi cuaca atau banyak orang mengenalnya dengan hujan buatan. 

Bukan sembarang hujan buatan, menciptakan hujan seperti yang banyak orang awan ketahui, tetapi meningkatkan/mengurangi intensitas hujan. Modifikasi cuaca ini tidak bisa dilakukan jika kondisi perawanan tidak mendukung. Seperti yang saya sebut tadi, adanya awan potensial lah yang menentukan hari ini akan dilakukan seeding atau tidak.

Kami bergerak cepat ketika sudah terlihat pembentukan awan potensial dengan menggunakan radar/satelit. Informasi langsung disambungkan ke penabur yang mengangkut garam khusus dari gudang, kemudian dimasukan ke konsul, lalu dimasukan lagi ke pesawat CN 295. Proses ini cukup memakan waktu, yaitu sekitar dua jam. 

Lalu dilakukan briefing dengan kru pesawat dan Flight scientist yang bertugas sebagai penunjuk arah dimana awan potensial berada. Briefing dilakukan agar rekomendasi wilayah potensial dari FS dapat disampaikan kepada pilot dan kru pesawat. Dan kami pun siap mengangkasa. 

Kursi-kursi di dalam CN 295 berjajar tegak lurus dengan kepala pesawat, tipikal pesawat TNI AU seperti Hercules hanya saja ukurannya yang lebih kecil. Hanya beberapa yang terdapat sabuk pengaman, sisa nya tidak ada. 

Saya yang baru pertama kali mengikuti penerbangan ini, sedikit bingung bercampur ketakutan dengan tidak adanya sabuk pengaman. Apalagi pesawat ini berbeda dengan pesawat lainnya, ketika banyak pesawat yang menghindari keberadaan awan terutama awan tipe cumulus, pesawat ini justru mencari-carinya dan menghampiri awan-awan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun