Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Bendung Katulampa yang Terbendung

13 Mei 2015   20:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun masuk jalan kecil beraspal yang hanya muat untuk satu mobil, mata ini masih menikmati suasana desa pada siang bolong di pinggir sungai dengan lebar sekitar 20 meter. Perjalanan ini pun berakhir di jalan buntu yang berujung di Bendung Katulamapa. Setelah itu saya baru tahu kalau sungai yang tadi menemani perjalanan saya dan tim bukanlah Sungai Ciliwung yang awalnya saya duga, tetapi sungai irigasi dari Sungai Ciliwung.

[caption id="attachment_383444" align="aligncenter" width="600" caption="Bendung Katulampa, Bogor (Dok. Pri)"][/caption]

 

Setelah memarkir mobil Avanza silver, kemudian kami turun dari mobil yang kami tumpangi tersebut. Sebuah rumah yang berukuran sekitar 10 x 5 meter dengan beranda rumah yang menghadap bendung itu adalah tempat di mana informasi prediksi banjir pertama kali diinfokan ke Jakarta. Terlihat jelas, dua meter di depan kantor Bendung Katulampa tersebut berdiri Automatic Weather Station (AWS) berpagar yang terlihat usang dan mungkin sudah tidak pernah dikontrol lagi. Sekitar 10 meter dari AWS tersebut juga berdiri AWS lainnya dengan kondisi serupa.

Langsung saja langkah kami menuju pintu masuk kantor yang pintunya sudah dibuka sedari tadi. Seorang pria menyambut kami dan tanpa basa-basi dia langsung berkata, “Nanti saya panggil dulu Pak Andinya.” Kami pun mengangguk dan menunggu di dalam kantor. Di dalam terpasang beberapa peta das Ciliwung yang ditempel di dinding, foto-foto dokumentasi yang salah satunya ada bersama Pak Jokowi, monitor pemantau CCTV beserta lampu indikator siaga dan beberapa peralatan rafting. Rasa penasaran membawa saya berkeliling untuk mengeksplorasi bendung ini.

[caption id="attachment_383440" align="aligncenter" width="540" caption="foto bersama Jokowi beberapa bulan lalu (dok. pri)"]

1431521438587730472
1431521438587730472
[/caption]

 

Sejak kami menginjakan kaki di sini, suara air deras melantun dengan indah. Serasa di air terjun, hehehe. Persis di sebelah kanan kantor, ada CCTV yang memantau sekaligus memisahkan antara sungai dan kantor. Beberapa CCTV lainnya pun tersebar di sekitar bendung untuk memantau. Ada tiga pintu air yang bisa dibuka-tutup dan pada saat itu sepertiganya ditutup. Terlihat dari pagar pemisah sungai dan kantor, beberapa warga sekitar membawa pancingan dan ember untuk mencari ikan yang hidup di Sungai Ciliwung tersebut. Selain para pencari ikan, ternyata ibu-ibu setempat masih memanfaatkan air sungai irigasi untuk keperluan cuci-mencuci.

 

[caption id="attachment_383471" align="aligncenter" width="600" caption="Monitor cctv yang tersebar di kawasan bendung katulampa (dok pri)"]

14315561451978993148
14315561451978993148
[/caption]

 

Tak lama kemudian, seorang bapak berumuran 30-40-an datang menghampiri kami dengan baju putih yang sudah berubah warna dengan warna lumpur. Bapak tersebut menjabat tangan kami dan menyatakan bahwa namanya Pak Andi. Lalu, Kami diajak masuk sambil ia menjelaskan bahwa ia sedang bekerja bakti membersihkan sungai irigasi. “Sudah kegiatan rutin membersihkan kali,” kata bapak dengan kacamata ini. Dengan ramahnya, ia menanyakan keperluan kami datang kemari. Seperti sudah bisa membaca pikiran kami, ia pun dengan sigap menjelaskan data-data yang tersedia di bendung yang sudah berdiri sejak tahun 1911 ini.

[caption id="attachment_383446" align="aligncenter" width="512" caption="Pak Andi sedang mengecek data-data yang ada (dok pri)"]

1431521926425735581
1431521926425735581
[/caption]



Setiap sejam sekali, ia dan 7 rekan lainnya mencatat tinggi muka air di Bendung Katulampa. Memang merupakan hal yang mudah tapi tak banyak orang yang menyadari kalau setiap angka yang ditulis Pak Andi dan rekan-rekannya adalah harta yang berharga dan mungkin tak bisa dibayar dengan kocek yang ada di dompet kita. Di pagi buta, mereka harus membaca nilai tinggi muka air di mulut bendung, lalu mencatatnya di selembar kertas bertabel. Lalu siang hari, matanya siap memonitor tinggi muka air dari CCTV yang terpasang tepat di depan garis vertikal siaga lalu mencatat tinggi muka air setiap jamnya. Dan kembali lagi malam hari ia bergelap-gelapan membaca angka tersebut.

Semua itu hanyalah angka-angka. Ya, hanya angka-angka yang bagi sebagian besar orang tak berguna. Tapi angka-angka tersebut akan diburu oleh orang-orang seperti kami yang membutuhkannya untuk dimasukkan ke sebuah software, kemudian digabungkan dengan data-data lainnya sehingga diperoleh hasil yang berguna bagi masa depan untuk setiap jiwa yang menjadi korban banjir, merasa dirugikan dengan banjir dari Sungai Ciliwung, dan untuk warisan masa depan generasi-generasi tunas bangsa yang nanti akan memperjuangkan kehidupan Ciliwung.

Setiap musim hujan, bendung ini menjadi sorotan jutaan pasang mata yang merasa dirugikan ketika hilir Ciliwung meluap. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik masyarakat Jakarta mendengarkan info dari bendung yang terletak di Kota Bogor ini. Jika tinggi muka air mencapai batas merah, bersiaplah selama 7-8 jam kemudian hilir Ciliwung meluap dan menggenangi puluhan kecamatan di Jakarta. Segala aktivitas ekonomi, pemerintahan, dan pendidikan pun lumpuh, ratusan orang mengungsi, miliaran bahkan triliunan uang pun melayang.



Belajar Mencintai Sungai

Sangat sulit untuk membuat orang-orang untuk mencintai sungai. Plung sana, plung sini. Sampah pun menumpuk. Pemerintah lagi yang disalahkan. Meskipun sudah dikeruk ratusan kali, jika masyarakat tidak sadar, hal ini bagaikan lingkaran setan yang tak pernah ada ujungnya. Dulu saya sempat berpikir dan ingin membuat warga pinggir sungai cinta dengan lingkungannya. Kebetulan rumah saya pun di pinggir kali. Ingin sekali membuat tempat wisata kecil selain mampu memberikan manfaat secara ekonomi, dapat pula memberikan manfaat secara lingkungan karena masyarakat akan menjaga sumber ekonominya tersebut.

 

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Aktifitas menyenangkan yang ada di kali menumbuhkan rasa cinta terhadap sungai (dok pri)"]

1431522038763805131
1431522038763805131
[/caption]

Pada sore hari, di sungai irigasi di bendung katulampa terlihat hidup. Ada anak-anak hingga remaja laki-laki yang sedang asik bermain di kali ini. Ada yang hanya menggunakan ban pelampung –seperti tubing—ada pula yang menggunakan alat-alat rafting sambil belajar mendayung. Sunggguh menyenangkan sekali bisa melihat aktivitas di kali yang tak seberapa deras alirannya ini. Kali terlihat bersih karena siangnya sudah dibersihkan oleh Pak Andi dan kawan-kawan. Dengan begitu, anak-anak telah diajarkan agar mencintai sungai. Karena dengan begitu mereka dapat bersenang-senang di sungai ini.




 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun