CIMAHI, Nyaringindonesia.com -- Inisatif SMPN 1 Cimahi menggelar kampanye dan debat untuk pemilihan Ketua OSIS dan Ketua MPK seperti pemilu yang sesungguhnya, mereka sudah  mempunyai dasar pengetahuan yang pernah diterima disekolah.
Seperti layaknya pemilu, kegiatan ini dilengkapi alat peraga sesuai yang dibutuhkan. Sehingga mereka mengenalkan sistem pemilihan umum yang sesngguhnya.
Pada pelaksanaanya, para siswa terlibat dalam berbagai peran, mulai dari tim sukses hingga penyelenggara pemilu seperti KPPS, KPU, dan Bawaslu.
TPS bahkan dibentuk untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih calon Ketua OSIS dan Ketua MPK.
Antusiasme siswa tercermin dalam dukungan mereka terhadap calon masing-masing, menunjukkan keterlibatan yang tinggi dalam proses demokrasi sekolah.
Tiga calon Ketua OSIS menyampaikan visi dan misi mereka dengan sangat kompeten dan visioner, mencerminkan kecerdasan dan wawasan mereka.
Dinda Velayath (13), Calon Kandidat Nomor Urut 3, menjelaskan alasan utamanya mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS karena pengalamannya sulit masuk ke SMP Negeri 1.
"Saya mendapatkan banyak ilmu tentang menjadi siswa yang baik dan berkarakter di sini. Pengalaman ini membentuk prinsip saya untuk berbakti kepada SMP Negeri 1 Cimahi melalui organisasi OSIS," ujarnya.
Ifes Amanda Priscilia (14), Calon Kandidat Nomor Urut 2, berkomitmen meningkatkan reputasi SMPN 1 Cimahi dan ingin semua siswa berprestasi dalam bidang masing-masing.
"Saya ingin memperkenalkan SMPN 1 Cimahi dengan OSIS, dan saya ingin semua siswa-siswi berprestasi dalam bidang tertentu masing-masing," ucapnya.
Indriani Azalea (14), Calon Kandidat Nomor Urut 1, aktif bersosialisasi dengan siswa lainnya untuk menjelaskan karakter dan visinya sebagai seorang pemimpin.
"Saya selalu ingin bertanya kepada siswa-siswi tentang keinginan dan aspirasi mereka, sehingga saya dapat mewujudkan keinginan mereka dalam sekolah," ungkapnya.
Kepala Sekolah SMPN 1 Cimahi, Sri Mulyaningsih, menekankan bahwa fokus dalam konteks P5 kali ini adalah tema suara demokrasi.
Kegiatan ini tidak hanya sebatas pemilihan OSIS, tetapi dimulai dengan pemahaman siswa tentang demokrasi.
Proyek P5 ini mencakup beberapa tahapan seperti aktualisasi, kontekstualisasi, dan aplikasi pada kelas-kelas diferensiasi.
"Anak-anak kelas 8 yang sedang mengikuti kegiatan berperan sebagai Bawaslu, KPPS, KPU, tim sukses, dan tim survei. Bahkan, kami memperkenalkan kepada mereka bagaimana mengelola quick count," jelas Sri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H