Semua orang mencari dan mengejar kebahagiaan, yang mana definisi "bahagia" menurut kebanyakan orang adalah tercapainya cita-citanya atau impiannya, memiliki pekerjaan yang bergaji tinggi juga prestisius, memiliki harta yang melimpah serta keluarga yang harmonis, bisa keliling dunia, makan makanan yang lezat, punya mobil mewah dll.Â
Kesimpulannya hidup yang bahagia menurut jaman sekarang adalah bisa jalan-jalan, makan-makan, dan senang-senang menikmati hidup tanpa batas. Padahal yang demikian itu hanyalah kebagiaan definitif bukan kebahagiaan yang hakiki.
Sebenarnya manusia hidup itu bukan semata-mata mencari kebahagiaan hidup tapi hakikat manusia hidup adalah "Mapaning Urip" atau "Kemapanan Hidup".Â
Maksud dari filosofi jawa "Mapaning Urip" adalah hidup yang tertata dan memiliki tujuan hidup secara pribadi, sosial dan spiritual. Hal pokok yang berkaitan dengan "Mapaning Urip" ialah "papan" atau "rumah". Karena dari papan atau rumah lah bermulanya menata hidup. Dan hal inilah yang banyak terlupakan oleh manusia modern yaitu "Noto Urip" atau "Menata Hidup".
Di zaman yang tak mengenal ruang, waktu, dan jarak ini membuat manusia modern terjebak dalam kesibukan yang tiada henti, sehingga melupakan segalanya dan tidak ada ruang untuk menata pemikiran. Dampaknya banyak manusia modern yang menderita stress berat, rentan terserang penyakit, a sosial, hedonis, skeptis, egois, dll.
Kemapanan Hidup
Kemapanan hidup bermula dari sebuah kemapanan dalam berpikir, hal ini berkaitan erat dengan tujuan hidup, perencanaan hidup, tempat hidup, serta bagaimana membangun kehidupan. Untuk bisa mengenali tujuan hidup, merencanakan serta membangun kehidupan dibutuhkan sebuah prasyarat hidup yaitu "Rumah".
Manusia hidup tidak bisa merencakan hidupnya di sebuah cafe, di jalan, di kantor, atau di pasar. Karena tidak akan bisa fokus dalam perencanaan hidup yang sebenarnya. Dari rumahlah kemapanan berpikir itu dimulai.
Menurut Gunawan Tjahjono (dalam Santoso, 2000), rumah merupakan lahan untuk menetap; yang merupakan bentuk aktualisasi diri, baik pribadi maupun sosial.Â
Konsep rumah menurut Gunawan tjahjono berarti rumah sebagai konsep berhuni yang mencerminkan hubungan vertikal dan horizontal, memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban yang berlangsung dalam ruang, waktu, makna dan pesan.
Rumah merupakan simbol "Mapaning Urip", memiliki tempat menetap, menentukan masa depan, membangun keluarga, berkarya, bersosialisasi serta melansungkan cerita kehidupan.Â