Mohon tunggu...
margaretha nofitasari
margaretha nofitasari Mohon Tunggu... -

women on earth

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Splutter, Then Intermingled

9 Agustus 2014   22:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:57 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau dan aku.

" Tak rindukah?"
" Hehe,entahlah.."

Kemudian jeda.Ah,matanya masih sama,ada yang menari disana saat menatapku.Hanya sekat yang semakin tebal yang membedakan,antara tatapan saat ini dan sekian tahun lalu.Aku tahu,egoku tak sekedar menatapnya..

" Dia tahu?"
" Mungkin.."
" Hmm,kau selalu penuh jeda hun,seringkali berakhir di koma,bukan titik."
" Bukan jeda,,,hanya saja dia terlalu mengenalku.Jadi bagaimana aku menebak dibalik diamnya?"
" Berapa lama?"
" Apanya?"
" Juni ini?"
" Apakah waktu menjadi sesuatu yang harus dikalkulasi?"

Kemudian bisu,,dan layar monitor mendadak mati sendiri.Ah,aku lupa,baterai tak sempat aku charge,malas rasanya beranjak tuk mencari chargernya.

Sms,

" Sorry,baterai habis,aku juga udah ngantuk.."
" Iya,tidur gih."
" Yup,kamu juga,udah jam 1 kan disitu?"
" Hu um,gampang nanti."

Aku dan dia.

" Kau mencintainya ?"
" Hmm.."
" Kok?"
" Aku menyukainya,dan akan menjadi sebuah kebohongan besar jika aku menyangkalnya.Dan kau tahu itu,aku tak suka berpura-pura dihadapanmu."

Aku tersenyum pahit,dan dia diam.Aku tahu aku menyakitinya dengan kesakitan yang tak biasa.Tak ada emosi,meski samar,sekalipun tidak.Nafasnya masih teratur.Karena aku tahu dia mengerti jika separuh kepalaku berisi kegilaan yang tak wajar dan separuh lainnya berisi kegilaan mutlak.

" Sudah lebih dari 10 tahun bukan?"
" Lebih,14 atau 15 mungkin.."
" Dan tak pernah sekalipun kau menutupi perasaanmu,kau tahu itu yang membuatku bertahan selama ini,melihatmu menjadi dirimu."
" Hmm.."
" Aku mengerti,setidaknya belajar mengerti tentangmu,kau yang mengubahku menjadi baja,bukan lagi kristal seperti awal kita bertemu."
" Maaf.."
" Tak perlu,aku menyayangimu,dan kau tahu lebih dari itu."

Jeda panjang,hampir sunyi jika saja gerimis tak bernyanyi sore ini.Ah,aku memang tak pernah adil untuknya,tak pernah sempurna.Tapi,bukankah aku tak pernah meminta? Hei,kenapa aku mau? Dia memang selalu ada untukku,meski terkadang aku yang tak pernah ada untuknya.Ego-kah?

Malam kecut,aku tahu aku pengecut.

" Maaf,sepertinya jaring laba-laba ini aku koyakkan sedemikian rupa.Jika mencintaimu adalah dosa,setidaknya aku telah mencicipi legitnya dosa.Aku mundur dengan pengecut,maaf "

Sms sent,kemudian suara Casey James berbunyi berulang,tanpa inginku sekedar menekan tombol reject.

Mentari menari,diantara rintik dan mendung yang tak jelas,aku menggigil diantara kehangatannya
Ceritakanlah tentang sakit,tentang cemburu,lewat kilat marahmu,masihkah?
Bilur rindu dipipi kananmu,lembut kecup disudut bibirmu,inginkah?

" How can I tell him about you,boy,please tell me what to do,everything seems right,whenever I'm with you,,so boy,wont you tell me,how can I tell him about you..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun