Mohon tunggu...
margaretha nofitasari
margaretha nofitasari Mohon Tunggu... -

women on earth

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lakon Murwakala

16 Desember 2014   08:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

demikianlah, pada akhirnya, meski tugas utama ki dhalang kandha buwana adalah meruwat orang-orang sukerta dan penganyam-anyam, sebagai dhalang karungrungan, ki dhalang kandha buana tetap saja mengajarkan kawruh sejatining urip kepada siapa saja yang mau mendengarkan.

syahdan, pada suatu ketika ki dhalang kandha buwana dan kawan-kawan sedang meruwat ki buyut dan istrinya, karena mereka termasuk golongan orang-orang sukerta. ki buyut dan istrinya terlahir masing-masing sebagai anak tunggal, mereka tidak memiliki saudara sekandung, atau dalam trah sukerta disebut ontang-anting bagi anak laki-laki, dan bagi anak perempuan disebut unting-unting. di tengah pertunjukan wayang purwa dengan lakon murwakala ini, menjelang tengah hari, datanglah lalang darma dan lalang darmi, dua anak kakak beradik ini sedang dikejar oleh kalarandya untuk dimakan, karena mereka pun termasuk golongan anak-anak sukerta yang disebut kedhana kedhini.

konon, lalang dharma dan lalang dharmi memang sebenarnya sedang berkelana mencari dhalang yang bisa meruwat mereka agar mereka lolos dari daftar makanan kalarandya. ditengah perjalanan mereka berdua, menjelang surya tumumpang arka, mereka bertemu dengan kalarandya. sadar bahaya yang mengancam, lalang darma dan lalang darmi bersembunyi di rumah terdekat. apa nyana, ternyata sang pemilik rumah termasuk golongan penganyam-anyam, karena rumahnya tidak memiliki tutup keyong, alias segitiga penutup di ujung-ujung atap. yang artinya si pemilik rumah tidak mengerjakan rumahnya dengan benar dan sempurna maka mereka termasuk golongan penganyam-anyam. tapi, karena rumah tersebut tanpa tutup keyong itu pula-lah lalang darma dan lalang darmi bisa meloloskan diri dari kejaran kalarandya. mereka melarikan diri lewat lubang tutup keyong yang menganga.

selama mengajar lalang darma dan lalang darmi, kalarandya telah memangsa banyak orang yang termasuk golongan penganyam-anyam. tapi kalarandya merasa belum kenyang sebelum memangsa anak-anak sukerta. melihat kalarandya yang datang di tempat ki buyut yang sedang berlangsung pertunjukan wayang, tentu saja penonton merasa sangat ketakutan. hal ini membuat ki dhalang kandha buwana merasa terganggu juga, sehingga ia menghentikan pertunjukannya, menyuruh kalarandya  untuk duduk tenang, ikut menyaksikan pertunjukan wayang yang sedang ia gelar, juga mengingatkan pada kalarandya jika waktu surya tumumpang arka telah lewat. yang artinya waktu kalarandya untuk makan sudah habis.

kemudian, ki dhalang kandha buwana melemparkan sebutir telur ke dalam mulut kalarandya yang tengah menguap lebar saat kalarandya mulai duduk dan menyaksikan pertunjukan wayang. karena sedang menguap, telur yang dilemparkan langsung tertelan dan masuk perut kalarandya, anehnya kalarandya langsung merasa kenyang dan nafsu makannya langsung hilang.ki dhalang lalu menentramkan hati kalarandya dan menyarankan kalarandya untuk terus melanjutkan menonton pertunjukan wayang yang sedang berkisah tentang "kawruh sejatining urip". betapa terkejut kalarandya mendengar lakon tersebut. karena sejatinya itulah yang dijabarkan padanya oleh btara guru dan btara narada sebelum dia pulang ke nusatembini.

karena penasaran, kalarandya kemudian bertanya, siapa sebenarnya sosok dibalik ki dhalang kandha buwana ini. namun ki dhalang tidak menjawab pertanyaan kalarandya, tapi ki dhalang justru membeberkan kisah tentang siapa kalarandya sebenarnya, segala rahasia yang berkaitan dengan kalarandya, mulai dari proses kelahirannya yang tidak wajar, hingga ciri-ciri kelemahan kalarandya. kelemahan kalarandya yang berupa rajah kalacakra yang terdapat di dahi, dada dan punggung disentuh oleh ki dhalang kandha buwana. oleh karena hal tersebut, maka lenyaplah kalarandya, moksa (hilang bersama raganya) kembali ke alam kesempurnaan.

dalam cerita selanjutnya, kelak sosok btara kala atau kalarandya ini akan muncul kembali sebagai yaksadewa atau kaladewa yang akan membunuh resi hanoman yang sepanjang hidupnya menjaga gelembung-gelembung udara kejahatan agar tidak menyebar yang terus saja muncul dari jasad dasamuka yang terhimpit gunung mayangkara.

* demikian kisah tentang murwakala atau purwakala, konon, ini adalah kisah wayang tertua sebelum era jawa saka. merunut purwa atau murwa sendiri berarti awal. kisah ini diceritakan dan tersebar di era jawa dwipa atau era sebelum jawa saka. banyak teori yang mengatakan bahwa inilah sejatinya kisah asli dari tanah jawa sebelum mengenal adanya agama. mengingat tahun jawa saka sendiri identik dengan kehidupan agama Hindu, tahun saka atau yang kita tahu sebagai tahun hitungan dari agama Hindu sendiri, menurut beberapa kronik, adalah tarikh suryakala (perhitungan tahun kalender menurut sistem edar matahari) yang semula diambil dari tarikh jawa asli pranata mangsa yang kemudian diadopsi oleh brahmana Hindu yang berasal dari india ke tanah jawa yang bernama aji saka. kemudian dari aji saka inilah kita mengenal tahun jawa saka.

orang-orang sukerta atau anak-anak sukerta banyak sekali macamnya, ada beberapa kronik yang menuliskan dengan jumlah berbeda. mungkin diantara masyarakat kita yang beredar adalah yang umum saja, seperti ontang-anting, untang-unting, uger-uger lawang, kedhana kedhini, kembang sepasang, sendang kapit pancuran, pancuran kapit sendang, cukit dulit, gotong mayit, keblat papat, saramba, sarimpi, ipil-ipil, dampit, jampina dan sebagainya.

sementara golongan penganyam-anyam yaitu:

penganyam-anyam laki-laki adalah orang-orang yang melakukan suatu pekerjaan tapi tidak sempurna karena tergesa-gesa atau tidak selesai pekerjaannya, sehingga mesih ada kekurangan atau kesalahan yang berakibat mengganggu manfaat, fungsi dan hasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun