Mohon tunggu...
margaretha nofitasari
margaretha nofitasari Mohon Tunggu... -

women on earth

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lakon Murwakala

16 Desember 2014   08:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

lakon murwakala atau purwakala adalah kisah adicarita asli jawa, jaman sebelum jawa saka atau yang lebih dikenal dengan jaman jawa dwipa. lakon ini kemudian dituliskan kembali oleh para pujangga jawa baru yang lebih dikenal dengan lakon serat paramayoga ( nasehat bagi kaum muda) bagi para pedhalang.

murwa atau purwa sendiri berarti awal, sedangkan kala berarti waktu, jadi murwakala kurang lebih berarti awal waktu, atau awal mula jaman, dimana segala sesuatu baru ada. atau bisa juga disebut awal jaman, karena banyak pula yang menyebutkan bahwa wayang purwa ini merupakan simbol dimulainya abad saka, dimulainya perhitungan tarikh suryakala dalam rangkuman tahun Hindu.

jjika merunut kepada filsafat jawa, lakon purwakala ini sebenarnya lebih kepada bahasan tentang purwa dumadining menungsa atau kejadian awal dimana eksistensi manusia di dunia dan semua yang terlibat didalamnya, dan juga tentang inti dari kehidupan manusia atau yang disebut juga kawruh sejatining urip.

dalam lakon asli tentang murwakala, biasanya terdiri dari 3 bagian yaitu :

- bagian pertama menceritakan tentang kisah wayang purwa carangan atau kisah tentang para dewa di alam kedewaannya
- bagian kedua menceritakan tentang para dewa yang turun ke marcapada (dunia manusia), ditugaskan oleh btara guru untuk membantu para manusia dari kemarahan btara kala
- bagian ketiga berisi tentang alam kehidupan manusia yang diberi petunjuk oleh dhalang yang merupakan samaran btara whisnu tentang norma-norma dan nilai-nilai etis untuk meraih ketentraman hidup di dunia

kisah murwakala sendiri dimulai dari cerita lahirnya kalarandya atau yang lebih dikenal dengan nama btara kala.

syahdan, kala itu btara guru sedang langlang buana (sedang terbang sambil bercengkerama dan melihat-lihat dunia) dengan istrinya, yaitu dewi uma dengan mengendarai sapi handini. apa nyana, ternyata ditengah perjalanan, btara guru tergugah hasrat biologisnya terhadap sang dewi. karena rasa malu terhadap sapi handini, juga bukan merupakan waktu dan tempat yang wajar untuk berhubungan biologis, maka dengan berat hati, sang dewi uma menampik keinginan btara guru. karena ditampik oleh sang istri, maka jatuhlah sotyakama ( sperma yang bernilai tinggi/sakti) btara guru ke samodra dibawahnya.

sotyakama yang jatuh kedalam samodra ini membara di laut bagai bara api, seolah-olah menggambarkan nafsu dan amarah btara guru yang ditampik keinginannya oleh dewi uma.  dan karenanya, air samodra pun mendidih, menimbulkan bencana bagi para penghuninya. atas peristiwa tersebut, setelah btara guru dan dewi uma sampai di suralaya ( keratonnya para dewa ), btara guru mengutus btara brama (sang dewa api), untuk memusnahkan sotyakama. apa nyana, saat btara brama berusaha memusnahkan sotyakama, dalam sekejap mata justru sotyakama tersebut berubah menjadi janin dan dalam sekejap mata berubah menjadi bayi raksasa yang justru balik melawan btara brama. dalam hal ini btara brama kalah dan melarikan diri, kembali ke suralaya.

akhirnya btara guru pun mengakui kepada semua dewa yang sedang berembuk mengatasi bencana akibat sotyakama, bahwa bayi raksasa yang mengejar btara brama itu adalah anaknya sendiri. maka dipotonglah ari-ari si bayi raksasa tersebut dengan keris pusakanya, seketika itu juga si bayi raksasa berubah ujud menjadi raksasa remaja. ari-ari yang dipotong berubah menjadi beberapa lelembut ( mahluk halus, seperti setan, iblis,dll ). raksasa remaja tersebut diberi nama kalarandya. kedua gigi taringnya pun dipotong oleh btara guru, yang kemudian berubah menjadi sepasang keris pusaka bernama kalanadhah dan .kaladhente.

" heh danawa, wruhira ! salagune iya ingsun iki kang ayoga ing sira. sakmengko , sira ingsun patedhahi aran btara kala, amarga tumitahira ana ing marcapada mbeneri wayah candhikkala. sira ingsun paringi papan-padunungan ana ing nusatembini, lan sira bakal ingsun paringi pepancen kang minangka dadi memangsanira "

atau dalam terjemahannya kurang lebih adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun