4. Tanggungjawab terhadap risiko
Dengan membedakan risiko dalam dua tipe, yakn risiko responsivedan risiko pasiv, maka dapat dilihat mengapa risiko responsivediperbolehkan sedangkan risiko pasivdipandangan sebagai perilaku yang tidak diterima. Perbedaan yang riil dari keduanya adalah adanya tanggungjawabpada risiko responsive,tanggungjawab terhadap kemampuan untuk menerapkan hasil-hasil yang tidak pasti tersebut. Hal ini diperbolehkan karena perbuatan yang mengandung nilai, ini bukan tindakan mengambil risiko tetapi sebagai tanggungjawab dalam suatu usaha yang produktif disamping adanya suatu risiko.
5. Lingkup perhatian terhadap lingkup pengaruh
Setiap orang mempunyai satuan perhatian yang luas, seperti kesehatan, keluarga, hutang negara, dan lain-lain. Seorang pembuatn keputusan digolongkan sebagai "lingkup pengaruh", seseorang harus memusatkan perhatian pada ruang lingkup pengaruh tersebut, karena seseorang akan menjadi proaktif, mampu membuat prakarsa (inisiatif) dan menentukan kondisinya. Sedangkan Mereka yang tidak memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi mereka akan menjadi reaktif terhadap faktor-faktor eksternal.
Seorang spekulan adalah sebuah contoh dari seorang yang reaktif. Kekayaannya ditentukan semata-mata oleh keberuntungan, ruang lingkup pengaruhnya secara efektif hilang dan ia secara total bergantung kepada keadaan luar. Sedangkan seseorang yang proaktif, ia dapat memmusatkan perhatian pada lingkup pengaruhnya dan tidak mempertimbangkan faktor luar untuk secara total menentukan keuntungannya. Sasarannya adalah untuk memaksimalkan ruang pengaruhnya dan memperkecil perhatian pada faktor luar.
6. Cara mengidentifikasi penyebab peristiwa yang berisiko
- Pernyataan yang tegas dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW
- Bukti experimental
- Beberapa norma-norma sosial
- Dugaan utama pribadi
7. Nilai moral suatu penyebab
Suatu penyebab menjadi berharga karena mampu membawa kepada hasil yang diinginkan. Mencari kebenaran mendapatkan imbalan, sekalipun apa yang diinginkan atau dicari tersebut tidak dapat ditemukan. Dengan begitu penyebab dihargai selama hasil yang dicari dan diinginkan tersebut bernilai kebenaran.
8. Hubungan Penyebab dan etika
Apabila seseorang memusatkan penyebab dibandingkan pada hasil yang tidak pasti, maka seseorang akan menjalankan penyebab dengan cara yang tidak sesuai. Jika ia hanya memusatkan perhatian pada hasilnya saja, maka ia mungkin menjalankannya dengan tidak sesuai, yang mendorong pada perilaku tidak jujur dan perilaku tidak pantas.
Jika tidak ada ketidakpastian tentang konsekuensi perilaku, maka etika dan moral tidak aka nada. Seseorang yang memperhatikan etika maka mengharapkan untuk melakukan "hal yang benar" hanya menguraikan sesuati dimana orang yang melakukan tersebut tidak menyesal atas apa yang dilakukannya. Hal ini meliputi penyebab yang logis dan dialami dari hasil yang diinginkan, dan akan diikuti dengan memakai penyebab yang tidak berbahaya sebagai bagian integral dari perilaku etis.