Mohon tunggu...
Nuke Patrianagara
Nuke Patrianagara Mohon Tunggu... Freelancer - cerah, ceria, cetar membahana

rasa optimis adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi Kebahagiaan dengan Buku

31 Desember 2020   13:42 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:52 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

13 April 2013 Yayasan Indonesia Mengajar menyelenggarakan acara "Indonesia Menyala" dengan sponsor utama JNE Express, ini acara keren yang sangat sayang untuk dilewatkan, menjadi bagian peserta kesannya melekat diingatan sampai hari ini. Acara penuh aspirasi dan inspirasi, dimulai dengan perkenalan antar peserta acara yang seru penuh canda tawa, dilanjutkan dengan temu para penggiat komunitas juga penulis yaitu A. Fuadi dari Komunitas Menara, yang terkenal dengan buku triloginya yaitu Negeri 5 Menara (2009), Ranah 3 Warna (2011) dan Rantau 1 Muara (2013), Nila Tanzil dari Perpustakaan Pelangi yang mendirikan perpustakaan di pulau-pulau terpencil Timur Indonesia, yang kemudian  menulis buku Lembar-lembar Pelangi (Membangun Mimpi Anak-anak di Timur Indonesia) 2016 dan The Art of Giving Back (Seni Berbagi Kebaikan) 2018, dan  Syamil dari Komunitas Baca Bibinoai.  Diskusi yang sangat menarik dan menggugah hati, masih banyak saudara-saudara kita di seantero Nusantara belum bisa menikmati buku dengan mudah dan murah, garis pantai yang panjang dan pulau yang berjumlah ribuan menjadi tantangan yang luar biasa dalam menyebarkan pemerataan literasi anak bangsa. 

Setiap peserta acara wajib membawa buku yang layak baca untuk anak-anak, panitia menyediakan daftar alamat anak di seluruh Indonesia yang diambil dari daerah-daerah pengabdian Indonesia Mengajar, buku dimasukan ke amplop disertai kartu pos yang berisi tulisan pengirim menyemangati anak-anak di penjuru negeri, buku tersebut akan dikirim oleh JNE Express untuk sampai di alamat yang tertera didepan amplop, terbayang wajah-wajah bahagia anak-anak saat menerima kiriman tersebut.  Acara ditutup dengan kehadiran Pak Raden, salahsatu tokoh yang berperan pada serial anak SI UNYIL, selain menggambar, mendongeng diakhiri dengan menyanyi bersama, diusia 80 tahun saat itu walaupun sudah menggunakan kursi roda, semangatnya luar biasa.  30 Oktober 2015 Pak Raden meninggalkan kita semua, terima kasih Pak Raden telah menghiasi bangsa ini dengan karya yang indah.

pak-raden-5fed6f208ede487a545c1e84.jpg
pak-raden-5fed6f208ede487a545c1e84.jpg
Mengenal perusahaan jasa pengiriman JNE Express jauh sebelum acara diatas berlangsung, angin membawa diri ini terbang dari satu tempat ke tempat lain, baik untuk tugas kantor atau hanya sekedar melepas penat mengunjungi pantai indah di Nusantara, sebagai anak gunung, pantai menjadi pilihan yang menyenangkan. Rumah orangtua di daerah Bandung Utara ada dikaki Gunung Bukit Tunggul. Saat tugas diluar kota ingin rasanya berbagai bahagia dengan mengirimkan sekedar oleh-oleh khas daerah saya bertugas, tidak semua jasa pengiriman sanggup menggapai tempat orangtua tepat waktu, jasa pengiriman JNE Express hadir dan sanggup mengirim tepat waktu sesuai jasa yang kita pakai. Biasanya dalam paket kiriman tersebut saya suka menyelipkan satu atau dua buah buku untuk diberikan kepada anak saudara atau tetangga yang saya dan keluarga mengetahui bahwa anak-anak tersebut punya semangat belajar luar biasa melebihi anak-anak yang lain.  Salahsatu anak yang pada masa kecilnya suka menanyakan buku pada saya dan rutin mengirimnya, alhamdullilah sekarang sudah menjadi PNS dengan profesi guru agama islam di SMA Negeri kota kecamatan tempat orangtua tinggal.

Memiliki pasangan yang mendukung hobi adalah anugerah terindah dari Sang Maha, cita-cita saat menikah ingin mas kawin berupa buku seperti halnya Bung Hatta menjadikan buku filsafat karyanya yang berjudul "Alam Pikiran Yunani" sebagai mas kawin kepada Bu Rahmi Rachim, kesampaian tapi bukan dalam bentuk mas kawin, menjadi salahsatu hantaran seserahan, waktu itu memberikan tiga buah buku, salahsatu bukunya karya sahabat SMA suami saya,  yang mana suami menjadi sahabat tokoh utama yang diceritakan dalam buku tersebut, kejutan mendapatkan suami walaupun bukan seorang penulis tapi sedikit kisah persabahatannya tertera dalam sebuah karya yang abadi,  selain ditandangai penulis buku, juga ditandatangani oleh tokoh-tokoh utama dalam buku. Bahagia rasanya saat satu-persatu daftar cita-cita tercapai.  

seserahan-5fed6f2fd541df6ec12562d2.jpg
seserahan-5fed6f2fd541df6ec12562d2.jpg
Sampai hari ini suami tidak pernah menghalangi untuk saya loncat kesana kemari menghadiri bedah buku, diskusi buku, datang ke pameran buku, kalau ada waktu dengan setia menemani hobi istrinya. Saat senang-senangnya menikmati acara bedah dan diskusi buku yang semakin banyak dihadirkan oleh berbagai komunitas, tiba-tiba awal Maret 2020 dunia dilanda pademi yang memaksa semua mengurung diri, acara-acara yang sudah terjadwal ditunda sampai waktu yang belum diketahui kepastiannya bahkan dibatalkan. Rasanya gerak langkah menjadi sangat terbatas, keluar rumah seperti menjadi ketakutan tersendiri, pelan-pelan tapi pasti acara-acara kopi darat mulai pindah ke dunia maya, satu persatu acara berubah bentuk mulai dengan siaran langsung di Facebook, Instagram dan yang paling menjadi pembicaraan khalayak selama pandemi adalah digunakannya aplikasi zoom, mulai dari rapat negara, sekolah, pengajian, reuni. Di jagad sosial media mulai lalu lalang jadwal-jadwal seminar melalui media daring, dan bedah serta diskusi bukupun bermunculan, rasa jenuh karena mati gaya ruang gerak dibatasi tembok rumah mulai terobati, para penggiat literasi berlomba dengan waktu untuk berbagi ilmu, dukungan suami berpindah dengan menyediakan paket data yang cukup buat istrinya hadir dalam satu webinar ke webinar yang lain. Tiba-tiba menjadi betah dirumah, para pembicara yang sulit ditemui, yang biasanya bicaranya singkat-singkat tiba-tiba jadi murah meriah membagikan ilmunya, kita tidak perlu tergesa-gesa mengejar bis kota, sibuk mengenakan jas hujan saat langit menumpahkan air, menahan kantuk karena macet, cukup menyediakan camilan dan paket data yang mumpuni, tapi ada hal yang tetap mengganjal dihati, saya itu paling hobi minta tanda tangan penulis dengan langsung menodong depan orangnya lalu foto bareng. Saking penuhnya jadwal webinar, beberapa bentrok jam tayangnya karena tidak mau ketinggalan beberapa gawai dijejer walaupun ada tayang ulang dan diunggah di aplikasi youtube, mendengarkan langsung itu punya sensasi tersendiri, kalau ada kuis tidak ada dalam tayang ulang.

Pertengahan Agustus 2020 suami mengirimkan pesan bahwa ada temannya mau menghibahkan buku-buku milik almarhum mertuanya, saya menyambut baik berita tersebut, saya pikir hanya beberapa buku ternyata delapan dus besar, perlu dua kali mengangkutnya dengan mobil kami yang mini. Seperti mendapat harta karun, ternyata buku-buku ini milik Prof. Dr. H. Priyatna Abdurrasyid, S.H., Ph.D., IISL., D.IAA.,Fell.BIS., LAA., ICDH, seorang veteran pejuang kemerdekaan RI, ketua pertama Badan Arbitase Nasional Indonesia (BANI), dosen dibeberapa perguruan tinggi dan sekolah militer, staff ahli beberapa kementerian dan jabatan lainnya banyak seperti titelnya yang panjang, bahkan buku memoarnya yang berjudul "H. Priyatna Abdurrasyid DARI CILAMPENI KE NEW YORK Mengikuti Hati Nurani" ditulis oleh penulis kenamaan yaitu Ramadhan K.H.

Prof. Priyatna Abdurrasyid punya perpustakaan pribadi di ruko bilangin Pondok Pinang Jakarta Selatan, sepeninggal beliau yang berpulang pada 22 Mei 2015 , buku-bukunya dihibahkan pada beberapa universitas tempat beliau memberikan mata kuliah, ternyata setelah dibagikan masih banyak sisanya dan itu menjadi harta karun saya, sebagian sudah saya kirim ke perpustakaan pribadi di Lembang, sebagian lagi ada disini untuk bahan bacaan sendiri, banyak dari buku-bukunya sudah jarang dipasaran, beberapa buku masih menjadi daftar cita-cita dan sekarang sudah hadir dengan sendirinya. Hanya untaian doa untuk Prof. Priyatna Abdurrasyid sebagai ungkapan terima kasih, menjadi jariyah bapak di alam keabadian

Berbagi kebahagiaan dengan buku punya kepuasaan tersendiri, saatnya kita semua menyantuni para kerabat yang membutuhkan dengan menyertakan buku didalamnya selain sembilan bahan pokok yang selama ini menjadi adat kebiasaan sehari-hari. Mencerdaskan bangsa lewat dunia literasi bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata tapi harus menjadi bagian dari semua lapisan masyarakat, berlomba berbuat kebaikan, buku bisa menjadi jalan kebaikan tidak terbatas oleh jarak dan waktu.

Buku memberi banyak inspirasi dan saya tidak mau inspirasi itu berhenti di saya,  koleksi buku saya dan kakak menjadi perpustakaan dirumah milik orangtua di Lembang,  saat ini dibuka selebar-lebarnya siapa saja yang mau baca silahkan datang, dulu almarhum bapak membuka rumahnya untuk siapa saja yang mau belajar menari jaipong, degung, kecapi suling, pencak silat, main tenis meja, volley dan bulutangkis, karena alat kesenian dan olahraga sekarang entah ada dimana, berbagi bahagia cukup lewat buku. Masih menjadi cita-cita nanti suatu saat perpustakaan ini bisa menjadi ruang diskusi yang menarik, menghadirkan penulis-penulis dengan membedah karya-karya mereka, berbagi cerita suka duka para tokoh dan banyak lainnya seperti perpustakaan-perpustakaan lain yang hadir dikota-kota yang setiap akhir minggu diisi agenda-agenda penuh makna.

perpustakaan-5fed6f6a8ede48796a4e0144.jpg
perpustakaan-5fed6f6a8ede48796a4e0144.jpg
Buku adalah sahabat sejati, tidak pernah mengeluh tapi bisa memberi kebahagiaan tersendiri, buku selalu menemani kemanapun kaki ini melangkah, sebagai pecinta tas ransel seperti Balada Si Roy, ibu saya sampai pusing karena anak perempuannya tidak punya tas seperti para perempuan lainnya, ransel lagi ransel lagi pilihannya bahkan ke kondangan kalau bisa pake ransel. Buku menjadi benda wajib yang ada dalam tas, maraknya bacaan lewat digital belum mampu membuat saya nyaman menikmatinya, lembar-lembar kertas yang kita buka dengan jari, wangi kertas yang menyeruak indera penciuman memberi sensasi luar biasa, sebagai pengguna kendaraan umum yang kadang dihadapkan pada kemacetan, menunggu kereta yang datang terlambat, membaca adalah pembunuh jenuh paling ampuh, daya pikir kita diolah sedemikian rupa tanpa melahirkan emosi yang sia-sia.

Terlalu banyak kenangan dengan buku, adakalanya buku yang kita baca jalan ceritanya mirip dengan kehidupan yang sedang berjalan, dengan buku bisa ketemu dengan banyak karakter manusia, dengan buku ribuan tempat kita jelajahi tanpa mengeluarkan biaya transportasi, dengan buku kita menjadi banyak belajar.

Di saat pademi seperti sekarang ini, pergi ke toko buku bukan pilihan yang utama padahal tempat yang paling dicari kalau lagi jalan-jalan,  mencari buku yang ingin kita miliki cukup menjelajah dunia maya, banyak buku-buku yang ditawarkan lewat layanan aplikasi, dan pastinya JNE Express bisa menjadi pilihan layanan pengiriman yang paling terpercaya, JNE Express yang memasuki usia 3 dekade membuktikan bahwa layanannya sangat bisa dipertanggungjawabkan, dengan mengambil tema kali ini JNE 3 Dekade Bahagia Bersama, selain mencari buku buat diri sendiri kita juga bisa berbagi buku dengan langsung membeli lewat daring dan mengirimkannya langsung melalui JNE Express kepada pihak yang mau kita bahagiakan dengan buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun