13 April 2013 Yayasan Indonesia Mengajar menyelenggarakan acara "Indonesia Menyala" dengan sponsor utama JNE Express, ini acara keren yang sangat sayang untuk dilewatkan, menjadi bagian peserta kesannya melekat diingatan sampai hari ini. Acara penuh aspirasi dan inspirasi, dimulai dengan perkenalan antar peserta acara yang seru penuh canda tawa, dilanjutkan dengan temu para penggiat komunitas juga penulis yaitu A. Fuadi dari Komunitas Menara, yang terkenal dengan buku triloginya yaitu Negeri 5 Menara (2009), Ranah 3 Warna (2011) dan Rantau 1 Muara (2013), Nila Tanzil dari Perpustakaan Pelangi yang mendirikan perpustakaan di pulau-pulau terpencil Timur Indonesia, yang kemudian  menulis buku Lembar-lembar Pelangi (Membangun Mimpi Anak-anak di Timur Indonesia) 2016 dan The Art of Giving Back (Seni Berbagi Kebaikan) 2018, dan  Syamil dari Komunitas Baca Bibinoai.  Diskusi yang sangat menarik dan menggugah hati, masih banyak saudara-saudara kita di seantero Nusantara belum bisa menikmati buku dengan mudah dan murah, garis pantai yang panjang dan pulau yang berjumlah ribuan menjadi tantangan yang luar biasa dalam menyebarkan pemerataan literasi anak bangsa.Â
Setiap peserta acara wajib membawa buku yang layak baca untuk anak-anak, panitia menyediakan daftar alamat anak di seluruh Indonesia yang diambil dari daerah-daerah pengabdian Indonesia Mengajar, buku dimasukan ke amplop disertai kartu pos yang berisi tulisan pengirim menyemangati anak-anak di penjuru negeri, buku tersebut akan dikirim oleh JNE Express untuk sampai di alamat yang tertera didepan amplop, terbayang wajah-wajah bahagia anak-anak saat menerima kiriman tersebut. Â Acara ditutup dengan kehadiran Pak Raden, salahsatu tokoh yang berperan pada serial anak SI UNYIL, selain menggambar, mendongeng diakhiri dengan menyanyi bersama, diusia 80 tahun saat itu walaupun sudah menggunakan kursi roda, semangatnya luar biasa. Â 30 Oktober 2015 Pak Raden meninggalkan kita semua, terima kasih Pak Raden telah menghiasi bangsa ini dengan karya yang indah.
Memiliki pasangan yang mendukung hobi adalah anugerah terindah dari Sang Maha, cita-cita saat menikah ingin mas kawin berupa buku seperti halnya Bung Hatta menjadikan buku filsafat karyanya yang berjudul "Alam Pikiran Yunani" sebagai mas kawin kepada Bu Rahmi Rachim, kesampaian tapi bukan dalam bentuk mas kawin, menjadi salahsatu hantaran seserahan, waktu itu memberikan tiga buah buku, salahsatu bukunya karya sahabat SMA suami saya, Â yang mana suami menjadi sahabat tokoh utama yang diceritakan dalam buku tersebut, kejutan mendapatkan suami walaupun bukan seorang penulis tapi sedikit kisah persabahatannya tertera dalam sebuah karya yang abadi, Â selain ditandangai penulis buku, juga ditandatangani oleh tokoh-tokoh utama dalam buku. Bahagia rasanya saat satu-persatu daftar cita-cita tercapai. Â
Pertengahan Agustus 2020 suami mengirimkan pesan bahwa ada temannya mau menghibahkan buku-buku milik almarhum mertuanya, saya menyambut baik berita tersebut, saya pikir hanya beberapa buku ternyata delapan dus besar, perlu dua kali mengangkutnya dengan mobil kami yang mini. Seperti mendapat harta karun, ternyata buku-buku ini milik Prof. Dr. H. Priyatna Abdurrasyid, S.H., Ph.D., IISL., D.IAA.,Fell.BIS., LAA., ICDH, seorang veteran pejuang kemerdekaan RI, ketua pertama Badan Arbitase Nasional Indonesia (BANI), dosen dibeberapa perguruan tinggi dan sekolah militer, staff ahli beberapa kementerian dan jabatan lainnya banyak seperti titelnya yang panjang, bahkan buku memoarnya yang berjudul "H. Priyatna Abdurrasyid DARI CILAMPENI KE NEW YORK Mengikuti Hati Nurani" ditulis oleh penulis kenamaan yaitu Ramadhan K.H.
Prof. Priyatna Abdurrasyid punya perpustakaan pribadi di ruko bilangin Pondok Pinang Jakarta Selatan, sepeninggal beliau yang berpulang pada 22 Mei 2015 , buku-bukunya dihibahkan pada beberapa universitas tempat beliau memberikan mata kuliah, ternyata setelah dibagikan masih banyak sisanya dan itu menjadi harta karun saya, sebagian sudah saya kirim ke perpustakaan pribadi di Lembang, sebagian lagi ada disini untuk bahan bacaan sendiri, banyak dari buku-bukunya sudah jarang dipasaran, beberapa buku masih menjadi daftar cita-cita dan sekarang sudah hadir dengan sendirinya. Hanya untaian doa untuk Prof. Priyatna Abdurrasyid sebagai ungkapan terima kasih, menjadi jariyah bapak di alam keabadian
Berbagi kebahagiaan dengan buku punya kepuasaan tersendiri, saatnya kita semua menyantuni para kerabat yang membutuhkan dengan menyertakan buku didalamnya selain sembilan bahan pokok yang selama ini menjadi adat kebiasaan sehari-hari. Mencerdaskan bangsa lewat dunia literasi bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata tapi harus menjadi bagian dari semua lapisan masyarakat, berlomba berbuat kebaikan, buku bisa menjadi jalan kebaikan tidak terbatas oleh jarak dan waktu.
Buku memberi banyak inspirasi dan saya tidak mau inspirasi itu berhenti di saya, Â koleksi buku saya dan kakak menjadi perpustakaan dirumah milik orangtua di Lembang, Â saat ini dibuka selebar-lebarnya siapa saja yang mau baca silahkan datang, dulu almarhum bapak membuka rumahnya untuk siapa saja yang mau belajar menari jaipong, degung, kecapi suling, pencak silat, main tenis meja, volley dan bulutangkis, karena alat kesenian dan olahraga sekarang entah ada dimana, berbagi bahagia cukup lewat buku. Masih menjadi cita-cita nanti suatu saat perpustakaan ini bisa menjadi ruang diskusi yang menarik, menghadirkan penulis-penulis dengan membedah karya-karya mereka, berbagi cerita suka duka para tokoh dan banyak lainnya seperti perpustakaan-perpustakaan lain yang hadir dikota-kota yang setiap akhir minggu diisi agenda-agenda penuh makna.
Terlalu banyak kenangan dengan buku, adakalanya buku yang kita baca jalan ceritanya mirip dengan kehidupan yang sedang berjalan, dengan buku bisa ketemu dengan banyak karakter manusia, dengan buku ribuan tempat kita jelajahi tanpa mengeluarkan biaya transportasi, dengan buku kita menjadi banyak belajar.