Semua menu pesanan sudah ditangan, ternyata tempat duduk kami berpencar ada yang didalam dan diluar, nasi dengan sayur lodeh berteman telur dadar siap kita komentari rasanya, suamiku sebagai penggemar lodeh terlihat bersemangat selain kriuknya telor dadar ada juga kerupuk putih dalam kaleng sebagai pelengkap rasa menjadi hampir sempurna karena kesempurnaan hanya milikNya, rasa pedas paling cocok minumnya teh tawar agak panas kalau panas banget nanti nyonyot bibir dan lidahnya, bisa merusak suasana dan kenikmatan.
Telur dadar garing ini jadi tema yang rada hits di media sosial, wangi telur dadar menebar aroma yang khas dan unik mengalahkan aroma parfum mahal sekalipun. Â Penggemar telur dadar mungkin tidak memecah kongsi seperti tim bubur diaduk atau tanpa diaduk.
Lagi asyik menikmati sepiring nasi dengan lodeh, keponakanku Revan bisik-bisik ada gurunya waktu SD dipojok dekat tempat ambil minum, berkerudung orange, kita suruh sapa tapi tidak PeDe karena takut salah, kita paksa untuk menghampirinya akhirnya mau dan kami melihat adegan pertemuan murid dan guru yang ibu guru itu kaget ada yang menyapanya dan ibu itu hapal sama Revan sampai Revan diuwel-uwel, kok jadi terharu lihat pertemuan mereka, ternyata ibu itu memang keluarganya di Jogja jadi pulang kampung ceritanya saat liburan sekolah.
Ke kopi Klotok tanpa mencoba kopinya ya bisa ambyar, saya ambil segelas kopi hitam, yang saya bayangkan rasa kopi yang merasuk sukma menembus jiwa dengan suasana ndeso, ternyata untuk kopinya tidak sesuai selera, kopi yang terlalu manis menghilangkan jiwa kopinya sendiri atau mungkin kita salah ambil kopi? Wah mbuh biarlah padi bergoyang menjawabnya.
Pisang goreng akhirnya dibekal untuk dijalan karena kita kekenyangan, yang suka disini saat harus bayar, seperti di kantin kejujuran, kita antri dikasir dan menyebutkan apa yang telah kita makan, bisa saja darmaji (dahar lima ngaku hiji) tapi nanti dihantui sepanjang masa, menu tradisional menggugah selera itu telah dituntaskan.
 We love Khotib Jumat
Niat awalnya para kaum adam sholat jumat di masjid UGM tapi karena waktunya mepet bin tidak keburu jadi cari masjid yang paling memungkinkan, Zidane ingin lihat Universitas Islam Indonesia (UII) lebih dekat dengan lokasi Kopi Klotok tapi tetap tidak terkejar sepertinya, suara panggilan sholat jumat sudah terdengar dari area Kopi Klotok, tadi didepan sebelum masuk TKP terlihat masjid, sampai tempat ternyata parkirnya susah jadi turun kebawah arah kota mencari masjid yang bisa parkir mobil dengan nyaman, lupa itu dikilometer berapa melihat banyak motor dan mobil terparkir, orang-orang bersarung, berkopiah lari-lari menuju bangunan yang agak masuk kedalam, mobilpun diparkir didepan pedagang sate yang belum buka.
 Para lelaki loncat berhamburan, kita para perempuan menunggu di mobil sembari melihat keseruan jamaah sholat jumat, ada yang bonceng bertiga pada pake sarung jadi duduknya nyamping, seperti ibu-ibu pake rok atau jarik, ada yang sekeluarga keluar dari mobil mulai dari kakek sampai cucu, terlihat masjid sampai halamannya sudah terisi penuh, banyak jamaah yang tidak kebagian tempat kembali memacu kendaraanya untuk mencari tempat yang masih bisa melaksanakan sholat jumat dengan tertib. Â
Yang bikin kaget perasaan baru pada loncat keluar kok sudah pada balik lagi, satu persatu masuk mobil kembali, yang terakhir masuk kakakku sambal teriak "I Love U Pak Khotib" sholat jumatnya ngepot bo, biasanya jam 1 kurang baru bubar, ini jam dua belas seperempat sudah bubar, banyak yang baru datang bengong lihat jamaah lainnya sudah bubar.
Macetnya Malioboro