Terbayar sudah durian yang kita idamkan saat Mas Tata menawarkan untuk menikmati durian Magelang tapi waktu yang tidak memungkinkan dan cerita Tole dengan Bunda Santi yang pesta durian tadi malam.
Selepas Purworejo kami memasuki kabupate Magelang yang menarik dari jalur ini kami melewati Bukit Tidar kawah candradimuka para taruna Angkatan Darat, jadi membayangkan dari tempat ini melahirkan jutaan perwira, ratusan Jendral bahkan salah satu Presiden RI lulusannya. Tempat yang sangat luas juga bersih sepanjang jalan, sebrangnya jejeran penjual makanan, aku yakin kang warung-warung itu pernah melayani para petinggi negeri, beberapa kali melihat di media banyak Jendral yang menapak tilas makan di warung pinggir jalan saat mereka menjalani Pendidikan, semoga yang dulu masih ngutang sudah bayar utangnya.
 Menyusuri Jalan Kembali ke Ibukota
Memasuki tol arah Semarang air bagaikan ditumpahkan dari ember raksasa, saking derasnya menjadikan jarak pandang antar kendaraan sangat terbatas, sang pilot harus sangat hati-hati menjaga kecepatan, ditengah hujan deras tiba-tiba memasuki daerah yang hujannya berhenti dan kami disuguhkan pemandangan Laut Jawa yang tanpa kami sadari pada saat pergi kami melewati tol yang sama hanya pemandangan lautnya tertutup pepohonan, kami semua teriak kegirangan seperti mendapat door prize. Apakah ini yang namanya setelah badai akan terbit pelangi.
Menurut catatan kecil dalam buku kecilku ada dua rest area Trans Jawa arah Jakarta yang keren untuk diunggah di laman media sosial yaitu rest area KM 260 B dan KM 360 B, rest area KM 260 B menawarkan koleksi tanaman yang sangat beragam dalam satu kawasan terpisah dari area toilet, SPBU, Masjid, tempat makan. Rest area km 360 B dibangun diatas bekas pabrik gula yang maha luas termasuk bangunan cagar budaya.Â
Naga dalam perut kami sudah memanggil minta diisi lambungnya untuk yang paling dekat isitirahat di rest area KM 260, dengan pilihan makanan yang sangat beragam layaknya food court, aku tertarik dengan salah satu tempat yang menawarkan burung dara goreng, saat memilih menu tersebut pemilik tempat mengatakan burung dara nya baru diangkat dari ungkepan jadi pesan disaat yang tepat, yang lain memilih makanan beragam ada yang nasi goreng, mie goreng dan soto ayam.
Burung dara goreng datang pertama dengan tampilan menggoda jiwa, saat mencobanya ternyata aku memilih menu yang tepat saat sore menjelang magrib, suasana syahdu selepas hujan, ini yang dinamakan senja hampir sempura, rasa daging yang segar bukan tiren, garing diluar lembut didalam, bumbu ungkep dengan perpaduan rempah yang tepat, untuk sambalnya tidak terlalu pedas dengan sentuhan sambal mentah yang segar.Â
Nama tempatnya "Gudeg Mak Uti" malah gudegnya belum matang, tempat ini menawarkan beberapa menu diluar menu utamanya yaitu gudeg.
Perjalanan kami lanjutkan tanpa melihat aneka ragam tanaman karena hari sudah lewat maghrib, begitu juga rest area KM 260 hanya terlihat dari luar saja saat melintas, bangunan besar gaya lama yang dalamnya terang benderang, parkiran yang penuh sesak oleh kendaraan, mungkin suatu saat kami akan mengunjungi untuk perjalanan yang lain. Beberapa kali berhenti di rest area sekedar meluruskan pinggang dan ke toilet, tiba di Bintaro saat pergantian hari, alhamdullilah pergi lancar pulang lancar, penuh kejutan dan cerita untuk anak cucu kelak.
Buku dan FilmÂ