Orang lebih suka mengarang daripada melamun, orang lebih kenal karang daripada lamun begitu menurut bapak Udhi Eko Hernawan peneliti lamun dari LIPI. Saat mendengar kata rumput lamun masih banyak yang mengernyitkan dahi, apa itu? Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh membentuk padang rumput ("Padang lamun") di dasar pesisir yang dangkal. Padang lamun ini tempat hidup dugong.
Konservasi dugong (Dugong dugon) dan lamun menjadi satu program, karena rumput lamun dan dugong mereka satu paket, dugong sangat tergantung dengan lamun. Lamun tidak hanya hidup untuk dugong tapi juga tempat hidup ikan karang yang saat kecilnya mereka butuh lamun, begitupun cumi-cumi ada yang bertelur di lamun, bayangkan apabila tidak ada padang lamun, dimana mereka tumbuh dan bertelur.
KKP langsung turun ke lapangan, melakukan edukasi kepada masyarakat termasuk upaya-upaya pelatihan saat penanganan apabila ada dugong terdampar sampai bisa dikembalikan lagi ke habitatnya yaitu laut, dugong bisa bertahan agak lama didarat asalkan tidak tertutup jalan napasnya yang ada diatas kepalanya, karena dugong bukan bernapas dengan insang seperti ikan tapi dugong seperti paus yaitu sama-sama hewan mamalia laut.Â
Upaya-upaya mensosialisasikan dan pelatihan penanganan dugong dilakukan dimana dugong pernah muncul dan terdampar, dibentuk kelompok-kelompok untuk bekerjasama dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Dugong hanya salahsatu dari 20 jenis hewan laut yang dilindungi. Pada tanggal 5 November yang lalu diperingati sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) dengan program konservasi Dugong dan Lamun Indonesia adalah konservasi yang sesuai dengan HCPSN, lamun mewakili puspa, untuk satwa diwakili oleh dugong.
Menyadarkan masyarakat untuk cinta lingkungan bukan hanya kewajiban pemerintah ataupun para penggiat lingkungan, tapi ini kewajiban kita semua, mulai dari diri sendiri dengan hal-hal kecil, tidak membuang sampah sembarangan, membawa tas belanja kemana-mana untuk menghemat penggunaan plastik, botol air minum selalu sedia di tas saat berpergian, seperti yang dicontohkan pihak penyelenggara, untuk tempat makanan kecil dalam perjalanan dikasih tempat yang bisa dipakai ulang, begitupun air minum harus menggunakan tempat yang kita bawa, tidak dibagikan dalam bentuk kemasan.
Ibu Adriani dari IPB menyoroti bagaimana lamun bisa berkolaborasi dengan mangrove dan karang di Indonesia dengan wilayah yang sangat luas, bekerja sama menyelamatkan keanekaragaman hayati yang kita punya, selamatkan lamun utamanya peningkatan kesejahteraan nelayan, habitatnya harus terjaga. Lamun sudah ada 40-50 juta tahun yang lalu, mulai dengan peduli lamun dengan segala jasanya dibutuhkan untuk ekosistem, bunga jantan dan betiana untuk kembang biak butuh arus, arus laut yang terjaga tentunya.
Tingkat kesejahteraan nelayan serta tingkat pendidikan yang mereka dapat, berkaitan erat sejauhmana mereka peduli dengan lingkungan tempat mereka mencari nafkah, alam memberikan mereka rejeki dengan hasil laut tanpa harus menebar benih, tinggal bagaimana memelihara lingkungannya, dengan tidak merusak tempat periuk rejeki itu hidup dan berkembang biak.Â